Humor

Kiai NU Didebat Calon Menantu

Sab, 20 Mei 2017 | 10:11 WIB

Kiai NU Didebat Calon Menantu

ilustrasi: Sang Kiai

Syahdan, ada kiai NU ahli qoidah fiqih yang sedang mencarikan menantu untuk untuk salah satu dari dua anak gadisnya, yang pertama jelek dan yang kedua cantik. Setelah melakukan proses pencarian yang teliti dengan berbagai pertimbangan, akhirnya, ditemukanlah sosok ideal. Pria beruntung tersebut, sebut saja Gus Gaul yang intelek, ahli debat dengan kumis tipis nan romantis bertengger di atas bibirnya. 

Pada saat yang tepat, dipanggillah Gus Gaul itu ke rumah kiai tersebut.
.
Kiai: "Gus.... njenengan mau saya nikahkan dengan putri saya, berkenan kan njenengan?" tutur Kiai sambil menyerutup kopi.

Gus : "Insyaallah, Kiai, karena saya sudah saatnya menikah."
.
Kiai: "Saya punya dua anak gadis, yang pertama jelek, yang kedua sangat cantik. Ya identiknya orang tua, pasti tahu anaknya cantik atau tidak. Hanya orang yang tidak normal yang mengatakan anak gadisnya tidak cantik," tutur Kiai.
.
Gus: "Terus, maksud njenengan?"...
.
Kiai: "Yang akan saya nikahkah denganmu adalah yang pertama yang tidak cantik itu...," tutur kiai
.
Gus : " Lho kok gitu Kiai? Saya kan ganteng, usia saya baru 25 tahun, plus romantis," dengan ekspresi kaget campur bingung.

Kiai: "Betul itu Gus, .... tetapi dalam qoidah fiqih al-adath al-muhakkamah, adat tradisi bisa dijadikan sebagai pegangan hukum, Ya... meski putri saya yang pertama jelek, tapi tradisi masyarakat, anak yang tua itu harus yang didahulukan dinikahkan," tutur Kiai.
.
Gus :"Wah... maaf kiai, saya kelasnya baru santri, belum menguasai qoidah fiqih, jadi saya masih sehari-hari akrab dengan kitab-kitab nahwu," dengan nada pura-pura tidak membidangi qoidah fiqih.
.
Kiai: "Maksud njenengan?"
.
Gus: "Lho njenengan memahami qoidah fiqih salah satu modalnya adalah ilmu nahwu." 
.
"Dalam ilmu nahwu, mubtada itu memang harus didahulukan. khobar diakhirkan. Tapi dalam kitab Alfiyah ibnu Malik, diperbolehkan khobar muqoddam (khobar yang didahulukan)".... 
.
Nah, jadi meskipun umumnya yang tua yang duluan dinikahkan, tetapi tidak menyalahi aturan jika putri kedua panjenengan itu yang didahulukan dinikahkan dengan saya, dan putri pertama njenengan itu ya dinikahkan belakangan saja," tutur Gus itu dengan nada santai.
.
Kiai itu pun tidak berkutik dengan jawaban Gus tadi.
.
Tiba- tiba terdengar suara putri pertama kiai yang tersinggung dan dari tadi mendengar percakapan tersebut, dari dalam: "Gus.... dalam ilmu ushul fiqih, analogi njenengan itu qiyas fasidh (tidak relevan), ngak bisa menyamakan cari calon istri dengan analogi ilmu nahwu !!!".
.
Sedangkang putri kedua kiai yang cantik jelita, yang memang sudah jatuh cinta pada Gus tadi, dan sudah sering WhatsApp-an dengan Gus tersebut, ia mesam-mesem saja melihat itu. Sambil berkata: "Wah betul itu kata Gus, saya setuju".
.
Suasana pun agak tegang, putri pertama kiai akan kembali berkata dengan nada nyaring, matanya sudah melotot, 
.
Dari dalam, tiba-tiba muncullah ibu nyai, istrinya Kiai, sambil bilang: "Ini mau cari calon mantu, apa debat soal pilgub, jadi ramai begini. Bubar... bubar..... bubar....

Ini belum jadi menantu saja calon mertua sudah didebat, gimana nanti nanti sudah jadi mantu, cari yang lain saja abah kiai calon menantunya" !!!!.
.
Si Gus pun pergi meninggalkan rumah Kiai tersebut, sambil WA putri kedua kiai yang cantik jelita tadi:

"Hi... Ning cantik.... kata orang mengaji ilmu sorof-nya, proses perjuangan cinta kita berdua, terdapat huruf 'ilat (kendala) masih butuh di-i'lal (proses mebuang harfu 'ilath) dengan perjuangan panjang :)" (Nasrulloh Afandi) Â