Internasional

Di Lebanon, Indonesia Berbagi Pengalaman Kiprah Perempuan dalam Politik

NU Online  ·  Jumat, 14 September 2018 | 03:00 WIB

Beirut, NU Online
Di aula Gamal Abdel Nasser, Beirut Arab University (BAU) Beirut dipadati peserta seminar internasional dengan tema Peran Perempuan dalam Politik. Kegiatan diselenggarakan atas kerja sama KBRI Beirut dengan Beirut Arab University.

Seminar yang menghadirkan dua perempuan anggota parlemen dari Indonesia dan Lebanon ini dihadiri pemerhati pemberdayaan kaum perempuan dari berbagai jenis profesi. Mereka adalah kalangan akademisi, peneliti dan mahasiswa, serta perwakilan dari kedutaan asing di Lebanon.

Saat membuka seminar, Duta Besar RI untuk Lebanon, Achmad Chozin Chumaidy, menyampaikan bahwa peran perempuan dalam politik sangat penting.

“Karena ada kecenderungan politik diwarnai dengan kekerasan,” katanya, Kamis (13/9). Sehingga perbedaan politik selalu diikuti konflik yang tidak berkesudahan, kadang diikuti kekerasan senjata. Kondisi semacam ini sungguh tidak mendorong menciptakan dunia yang damai dan aman sebagaimana dicita-citakan bersama, lanjutnya.  

Menurutnya, perempuan sesuai kodratnya memiliki watak yang lembut, halus dan penuh perasaan. “Maka tentunya hal ini sangat positif untuk menjadikan politik menjadi ramah, santun dan beradab. Di sinilah salah satu faktor pentingnya keterlibatan perempuan dan politik,” jelas Dubes Chozin.

Dalam pandangannya, Indonesia sangat ramah, menerima kehadiran perempuan dalam politik, karena ada faktor sejarah. “Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan seluruh rakyat Indonesia termasuk kaum perempuan bahkan telah ikut menjadi pemimpin perjuangan merebut kemerdekaan,” ungkapnya. 

“Dengan demikian, keterlibatan perempuan dalam politik sekarang hakikatnya meneruskan sejarah perjuangan kaumnya untuk turut bertanggung jawab dalam mengisi kemerdekaan,” jelasnya.  

Faktor kedua adalah agama. “Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam, melihat tidak ada hambatan ideologis bagi mereka untuk ikut aktif dalam politik,” imbuhnya.

Lebih lanjut Duta Besar RI menekankan bahwa seminar diselenggarakan dalam rangka sharing best practices Indonesia dalam berdemokrasi dan dalam memberikan ruang yang cukup luas bagi kaum perempuan dalam kancah perpolitikan nasional.

“Dalam hal ini Lebanon diharapkan dapat menjadikannya sebagai model dalam meningkatkan peran perempuan dalam kancah perpolitikan nasionalnya,” ujarnya.

Pembicara dari Indonesia, Lena Maryana Mukti, menyoroti gerakan perjuangan perempuan di Indonesia untuk dapat terlibat dalam politik dan menduduki kursi parlemen.

“Pada tahun 1999, jumlah perwakilan perempuan adalah 45 orang atau sembilan persen dari lima ratus anggota,” katanya.

Di tahun 2004 ada peningkatan menjadi 61 wanita atau 11,09 persen dari 550 anggota, dan 2009 perempuan yang terpilih adalah 101 orang (17,86%) dari 560 anggota. Namun, prestasi ini kalah dengan hasil pemilu 2014. Jumlah representasi perempuan menurun menjadi 97 perempuan, urainya. 

Di hadapan peserta, pada pemilihan umum 2019 mendatang, para perempuan berjuang untuk memotivasi agar kaum Hawa ini mencalonkan diri dalam Pemilu.

“Gerakan-gerakan perempuan mendorong partai-partai politik untuk mengakomodasi kebijakan kuota karena jumlah perempuan di negara itu mencapai 49 persen. Kami percaya bahwa demokrasi tanpa keterlibatan dan partisipasi perempuan akan deficit,” tambahnya. 

Sementara itu, pembiacara dari Lebanon, Paula Yakubian, yang merupakan anggota parlemen dari unsur independen, menyampaikan betapa pentingnya peran perempuan sebagai pengambil kebijakan dan keputusan. Ia juga menyayangkan sedikitnya keterlibatan perempuan dalam politik dan jabatan publik di Lebanon. 

“Kita sepatutnya melihat ke Indonesia bagaimaan perjuangan perempuan untuk ikut terlibat dalam Pemilu yang saat ini telah mendapat kuota maksimum untuk mendapat kesempatan menjadi aggota parlemen dan menduduki jabatan public,” ungkapnya. 

Berdasarkan keterangan dari KBRI Beirut, kegiatan bertujuan memberikan gambaran kemajuan Indonesia dalam berdemokrasi dan dalam mendorong kaum perempuan untuk berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Sebagaimana diketahui, peran perempuan secara umum di wilayah Timur Tengah masih cukup rendah. Di Lebanon sendiri, berdasarkan data yang dirilis oleh World Economic Forum tanggal 1 Januari 2017, prosentase perempuan di Lebanon dalam keanggotaan di parleman hanya sebesar 3,1% dan di kabinet sebesar 3,4%. (Rahmat I Siregar/Ibnu Nawawi)