Internasional

Dubes Iran Saksikan Perayaan Tabuik Pariaman

NU Online  ·  Senin, 26 November 2012 | 14:11 WIB

Pariaman, NU Online
Duta Besar Iran untuk Indonesia Mahmoud Farazandeh ikut menyaksikan puncak perayaan Tabuik masyarakat Pariaman, Ahad (25/11) kemarin di pendopo Walikota Pariaman.<>

Mahmoud Farazandeh  menyaksikan tradisi Tabuik bersama Walikota Pariaman Mukhlis Rahman, dan Kabag Humas Pemko Pariaman  Gusniyeti Zaunit, Wakil Gubernur   Sumbar Muslim Kasim yang juga Ketua Umum Persatuan Keluarga Daerah Piaman (PKDP) Sumbar, pejabat Propinsi Sumatera Barat, pejabat di lingkungan Kota Pariaman, dan ribuan masyarakat yang memadati pusat perayaan Tabuik di Pasar Pariaman hingga ke pantai Gandoriah.  

Ia mengakatan, tanggal 1-10 Muharram saat berlangsungnya Tabuik sama dengan tanggal peristiwa yang menimpa keluarga Imam Husain di Karbala 10. Peristiwa di tahun 61 H ini menjadi semangat bagi masyarakat Iran dalam momen penting kehidupannya. Sehingga kehidupan Husain juga menjadi simbol  bagi orang Iran.

Menurut Mahmoud, selama 10 hari (1 hingga 10 Muharram) cucu Nabi Muhammad Saw, Imam Husain mengalami kegetiran di Padang Karbala. Mereka tidak diperkenan mengambil air  dari sumber air. Hingga akhirnya rombongan yang menyertai kurang lebih 70 orang, satu per satu dihabisi oleh pasukan Yazid Muawiyah. 

“Puncaknya, Husain saat hendak melakukan shalat zuhur dihujani anak panah tentara Yazid . Sahabat setia Husain berusaha menghalangi serangan anak panah,” kata.  

Pesan yang hendak disampaikan oleh Husain adalah tekadnya menegakkan kebenaran dan ajaran Islam yang dibawa oleh kakek beliau, Nabi Muhammad saw.  “Bagi masyarakat Iran, pada hari ini (Asyura) menggunakan pakaian berwarna hitam, tidak ada pesta perkawinan dan kegiatan yang berbau kegembiraan. Hari ini disebut juga hari kesedihan, “ kata Mahmoud.

Dikatakan, perlakuan terhadap Imam Husain oleh tentara Yazid  memberikan simbol perlawanan terhadap kezaliman, kesyahidan untuk kemenangan. Dalam kondisi apa pun, Husain tetap memegang teguh pendirian menolak membaiat Yazid sebagai khalifah yang dinilai melenceng dari ajaran Islam. 

Terkait dengan Tabuik Pariaman, menurut Mahmoud, salah satu bentuk mengenang peristiwa bagaimana keteguhan Imam Husain menghadapi kezaliman tentara Yazid. Tentu saja akulturasi budaya dari berbagai masyarakat mengalami perbedaan.  Seperti Tabuik ini, diselenggarakan sesuai dengan budaya yang tumbuh dan berkembang di Pariaman. 

“Di Iran sendiri tidak ada Tabuik yang disimbolkan seperti di Pariaman. Hanya peti saja yang diarak. Peti itu melambangkan jenazah Husain yang tercerai berai oleh pasukan Yazid. Pada hari Asyura masyarakat Iran mengenai peristiwa bersejarah yang dialami cucu Nabi Muhammad Saw tersebut,” kata Mahmoud.  

Menjawab pertanyaan wartawan, Mahmoud menjelaskan, bouraq yang terdapat dalam perayaan Tabuik sebenarnya simbol pada peringatan Asyura. Di mana kuda yang ditinggalkan oleh Imam Husain, merupakan kuda dari Nabi Muhammad SAW. Kudo itu simbol kesetian. Karena kuda tersebut tidak pernah ditungganggi oleh yang lain setelah Husain tewas di tangan tentara Yazid. 



Redaktur: A. Khoirul Anam
Kontributor: Armaidi Tanjung