Internasional

Episode Baru PCINU Pakistan

Ahad, 27 April 2014 | 22:01 WIB

Oleh Firman Arifandi

Sudah merupakan tradisi yang sejak lama bergulir, bahwa Nahdlatul Ulama (NU) sarat dengan pendekatan-pendekatan intelektual dan sosial kemasyarakatan guna mensyiarkan Islam yang tasamuh rahmatan li-alamin. Hal ini juga menjadi pedoman kami, Pengurus Cabang Istimewa  Nahdlatul Ulama (PCINU) Pakistan dalam menjalankan program kerja di negeri Ali Jinnah ini.<>

PCINU Pakistan merupakan wadah organisasi NU di Pakistan yang berdiri pada tanggal 28 Mei 2005 dan diresmikan oleh Rais Syuriah DR. KH. M. Mashuri Naim, MA. Peresmian yang juga diisi dengan sumpah pengurus tersebut disaksikan oleh Ketua Umum Tanfidziyah PBNU KH Hasyim Muzadi dan Duta Besar RI untuk Pakistan H. Anwar Santoso serta para pejabat KBRI dan masyarakat Indonesia di Islamabad.

PCINU Pakistan yang diresmikan adalah Muhammad Niam, LLM selaku Musytasyar, Reza Muhammad, Lc selaku Rais Syuriah dan M. Sodiq Ahmad, Lc selaku Ketua Tanfidziah untuk masa jabatan 2005-2006.

Salah satu tujuan penting diresmikannya PCINU Pakistan adalah untuk mensinergikan program yang bertujuan memberdayakan kader muda NU. PCI-NU Pakistan yang semula hanya berbentuk paguyuban komunitas NU merubah diri menjadi PCI-NU untuk lebih memperkuat hubungan struktural dengan PBNU di Jakarta. Masyarakat NU di Pakistan menyebar tidak hanya di Islamabad, namun juga di kota-kota lain seperti Lahore, Karachi dan Rawalpindi terdiri dari para mahasiswa yang menuntut ilmu di Pakistan dan beberapa pekerja Indonesia di lembaga asing di Pakistan.

Sepanjang perjalanannya sejak diresmikan, tak sedikit agenda yang dihelat dan tak lepas dari nuansa keilmuwan, kekeluargaan, dan semangat kenusantaraan. Karena mayoritas warga NU di Pakistan adalah mahasiswa yang notabene menempuh jurusan agama seperti ushuluddin dan fakultas syariah, maka tak jarang mereka menggelar acara diskusi keilmuwan, bahtsul masail, dan lain sebagainya yang memang sengaja dikemas untuk seluruh warga Indonesia di Pakistan dan tidak bersifat eksklusif. Selain itu, acara-acara yang bertujuan mempererat tali persaudaraan antar WNI dan bersifat santai juga kerap digelar seperti tabadul hadayah, Jalan santai berhadiah, perlombaan anak-anak, NU Cup, dan lain-lain sehingga NU di mata WNI dirasa sangat dekat dan bersahabat tidak hanya antar sesama muslim tapi juga semua.

Namun perjalanan yang maksimal ini sempat  mengalami masa kevakuman beberapa waktu dikarenakan beberapa hal. Yakni pada pertengahan tahun 2010 pasca kejadian pemboman di kampus International Islamic University yang menelan belasan korban, dan kemudian berdampak pada kebijakan pemerintah untuk memperketat regulasi di bidang imigrasi. Sehingga terasa sekali susahnya mendapat visa study ke Pakistan.

Sementara para pelajar dan mahasiswa yang kerap mewarnai pergerakan NU di Pakistan juga sedikit demi sedikit kembali ke tanah air karena masa studynya telah usai. Masa kevakuman ini berlangsung selama kurang lebih tiga tahun dengan kuantitas SDM yang sangat minim sekali, namun NU masih ada dan eksis dengan segala kegiatannya yang sederhana di internal.

Pada akhir tahun 2012 intensitas kehadiran mahasiswa baru mulai kembali dirasakan dan mahasiswa berlatarbelakang NU juga mulai nampak terlihat antusiasnya untuk membentuk aktivitas pada interes yang sama. Mulailah sejak enam bulan setelahnya, yakni tepatnya pada Agustus 2013 kumpulan mahasiswa ini sepakat untuk menggelar yasinan dan kajian rutin setiap malam jum’at bergilir di setiap asrama. Ide terus bergulir hingga akhirnya komunitas NU kembali bisa merangkul masyarakat Indonesia secara keseluruhan dengan menggelar pengajian mingguan ke rumah-rumah.

Atas inisiasi bersama, akhirnya mahasiswa berlatarbelakang NU yang berjumlah 25 orang setelah berkonsultasi dengan senior yang ada dan masyarakat yang telah lama tinggal di Pakistan, semuanya sepakat untuk melanjutkan roda organisasi PCI-NU Pakistan yang sempat mengalami masa surut.

Untuk memaksimalkan kerja usaha membangun komunikasi, rencana dan strategi maka PCI NU Pakistan penting  untuk dilanjutkan. Lembar episode baru kini mulai ditoreh kembali setelah para warga Nahdliyin di Pakistan yang terdiri dari segala elemen WNI, mereka kembali menggelar Konfercab NU pada bulan februari 2014 yang saat itu berhasil membentuk formatur dewan Suriah dan pengurus Tanfiziyah yang baru untuk masa Bhakti 2014-2015.

Berawal dari pengajian dan tahlilan rutin setiap malam Jum’at di hostel kampus IIUI sejak pertengahan tahun 2013 lalu, dipupuk rasa kebersamaan antar mahasiswa, hingga saat ini PCI-NU Pakistan dan warganya kembali merangkul masyarakat Indonesia secara keseluruhan dengan bergilir menggelar yasinan, tahlil dan dilanjutkan dengan kajian kegamaan dari rumah ke rumah. Hal ini dibentuk demi menghidupkan dua aspek penting yaitu menyambung silaturahim dan atmosphere keagamaan.

Beberapa waktu lalu, pada tanggal 2 Maret 2014 Lakpesdam yang dikomandoi oleh saudara Hasanuddin Tosimpak, S.Pd.I menggelar acara nonton bareng alias nobar film Sang KIai mengundang segenap mahasiswa Indonesia yang berdomisili di Islamabad. Nobar ini dimaksudkan untuk merefleksikan kembali perjalanan kalangan santri dan ulama yang mewarnai proses menuju kemerdekaan Indonesia. Hadir dalam acara tersebut, ketua PIP-PKS Pakistan, saudara Irfan Abdul Aziz, ketua Pengurus Muhammadiyah cabang Pakistan saudara Hatta Fahamsyah, dan perwakilan PERSIS cabang Pakistan saudara Emha Hasan Saifullah. Bedah film dipresentasikan oleh rais Syuriah NU Pakistan saudara Ahmad Badruddin, Lc.

Tak kalah pentingnya, badan otonom Fatayat NU yang merupakan wadah untuk mengoptimalkan gerakan muslimat pada khususnya, juga menggelar kegiatan yang berkaliber unggul. Hingga saat ini program yang rutin mereka gelar adalah kajian mingguan dan satu program yang melibatkan masyarakat Indonesia di Pakistan bernamakan DKI (Daily Khotmil-Qur’an Islamabad), yakni merupakan program mengaji harian untuk membiasakan setiap orang bisa mengkhatamkan satu juz dalam sehari, targetnya agar setiap individu tak lepas kesehariannya dari Qur’an sebagai pedoman dan kemudian mentadaburinya. Program DKI ini dikoordinir oleh saudari Fina Fandini, S.Pd.I dan saudari Ummi Salamah S.Pd.I

Dalam bidang pengembangan  sumber daya masyarakat yang dipegang oleh Lakpesdam (Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Masyarakat) PCI-NU Pakistan akan berkonsentrasi menggelar kajian-kajian bertemakan Islam dan nusantara, menggelar bahtsul masail terhadap fenomena-fenomena kontemporer. Selain itu, Lakpesdam juga berkonsentrasi memfasilitasi  paham ke NU-an untuk warganya dalam program orientasi NU yang akan digelar dalam waktu dekat ini. Pada tanggal 2 Maret 2014 lalu, Lakpesdam juga telah menggelar pelatihan penggunaan almaktabah as-syamilah dan metodologi penelitian berbasis teknologi digital yang digelar untuk umum dan pada mahasiswa khususnya.

Demikianlah progress seputar PCINU Pakistan pasca konfercab pada Februari kemarin, lembaran baru telah dimulai harapannya ke depan kita mampu bersinergi bersama seluruh masyarakat Indonesia dan seluruh instansi Indonesia di Pakistan dalam menerapkan program bersama demi membangun solidaritas dan menumbuhkan kecintaan pada tanah air dan agama.

 

Firman Arifandi, Ketua PCINU Pakistan