Internasional

Erdogan dan Politik "Ambil Aman" di Turki

Jum, 22 Agustus 2014 | 16:01 WIB

Oleh Budy Sugandi

Perseteruan antara jamaah Fethullah Gulen atau yang biasa disebut Gülen Cemaati/Gulen Movement (GM) dg Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan (Erdogan) yang tahun ini maju mencalonkan diri dari Adalet ve Kalkınma Partisi atau biasa disingkat AKP, tidak sepanas saat pemilihan gubernur wilayah beberapa waktu lalu.<>

Awalnya, baik pihak GM maupun Erdogan sama-sama saling menggempur. Isu yang biasa dijadikan alat untuk menyerang oleh GM yaitu seputar korupsi, penggunaan fasilitas negara dan ingin mengubah sistem yg sudah dibangun oleh pendiri negara Turki yaitu Ataturk. Dan sebaliknya pihak Erdogan menangkis tuduhan-tuduhan tersebut dengan mengatakan kepada masyarakat bahwa itu hanyalah fitnah kosong yang tak mendasar. Juga Erdogan menggunakan tangan besinya dengan melucuti para pejabat dari GM termasuk dg sempat mengilegalkan dersane--lembaga bimbingan belajar yang biasa di bawah naungan GM, serta merapat ke jamaah lain seperti jamaah Nur (Nurcu).

Namun setelah hasil pemilihan kepala daerah, calon-calon yang diusung oleh partai milik Erdogan (AKP) tetap di atas angin dan pada pemilihan Presiden ini keduanya terlihat memilih untuk "ambil aman". Ambil aman disini yaitu terlihat situasi yang kontras antara apa yang terjadi sebelum dan sesudah pemilihan kepala daerah. Tidak ada genderang bunyi panci yang biasa dibunyikan dari rumah-rumah saat malam hari—kejadian ini marak saat kasus Gezi Park, sebagai simbol protes masyarakat terhadap kebijakan Erdogan yang akan membangun pusat kebudayaan di taman Gezi atau biasa disebut Gezi Park.

Dalam hal ini pihak GM merasa trauma dan pihak Erdogan tidak mau ada 'gempa' dalam pencalonannya sebagai Presiden karena tidak bisa dipungkiri suara dari GM di Turki meski tidak signifikan namun cukup banyak, memiliki sumber media yang kuat seperti koran zaman, terlebih Erdogan menghadapi rival dari gabungan dua partai besar yaitu CHP dan MHP. Jadi, pemilihan Presiden tanggal 10 agustus kemarin lebih pada pertarungan head to head antara AKP vs CHP, MHP dan HDP.

Pelaksanaan pemilihan Presiden di Turki tahun ini juga memasuki babak baru karena untuk yang pertama kali dalam sejarah Turki menyelanggarakan pemilihan Presiden secara langsung. Perolehan sementara Erdoğan mendapatkan 52,1%, Ihsanoğlu 38,7%, Demirtaş 9,2%.

Untuk kemenangan Erdogan sebenarnya sudah diprediksi oleh para pakar dan media-media di Turki. Sosok Erdogan yang dirasa telah mampu meningkatkan perekonomian negerinya dan mantap mengambil hati rakyat sangat sulit dikalahkan oleh rival-rivalnya yaitu Ekmeleddin Ihsanoglu yang dicalonkan dari partai oposisi CHP dan MHP serta Selahattin Demirtas, yang dicalonkan Partai Demokrasi Rakyat (HDP) pro Kurdi.

Menariknya dalam kabar berita nasional Turki HURRIYET edisi 10 Agustus 2014, Ihsanoğlu mengucapkan terima kasih kpd partai pengusung (CHP dan MHP) dan rakyat yg telah memilihnya atas kepercayaan yang diberikan. Beliau merasa perolehan suara yang diperoleh sangat penting, memuji demokrasi di Turki sudah semakin baik, dan siap bertempur untuk pemilihan berikutnya. Tak lupa di akhir ia menyampaikan selamat pada presiden terpilih.

Saya rasa dalam kasus terakhir ini sangat perlu dicontoh bagi warga Indonesia yang juga tahun ini menyelenggarakan pemilihan umum baik legislatif maupun presiden. Ini merupakan sikap kesatria, perlu dicontoh sehingga rakyat tetap simpati--meskipun kalah, bukan sebaliknya ngotot tak mau kalah dan presiden selanjutnya bisa fokus bekerja. Bukankah untuk membangun negeri tidak harus menjadi Presiden?

Bagaimanapun, mari kita ucapkan selamat kepada Erdogan karena telah berhasil memenangkan pertempuran ini dan akan menggantikan Presiden sebelumnya yaitu Abdullah Gül.

Peta percaturan politik di Turki semakin menarik, apakah sang Presiden terpilih yang juga mantan Perdana Menteri dua periode ini mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi negerinya baik regional maupun global serta membawa Turki ke arah semakin baik? Mari kita nantikan!

Budy Sugandi, pemerhati sosial-politik dan pendidikan, saat ini sedang menyelesaikan studi pascasarjana dan aktif di PCINU Turki