Jakarta, NU Online
Ahmad Sri Bintang dan H Aniq Nawawi didaulat sebagai ketua tanfidziyah dan rais syuriyah baru Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko. Keduanya terpilih pada Konferensi Cabang Keempat PCI NU Maroko yang digelar di Institut Darul Hadis Al-Hassaniyah, Rabat, Maroko, pertengahan pekan ini.
Aniq menyampaikan bahwa kepengurusan baru perlu mempertahankan beberapa program lama yang sudah terealisasi, seperti festival buku internasional, beasiswa untuk kader NU yang kurang mampu, dan pengiriman imam dan dai ke Eropa.
Dalam festival buku tersebut, PCINU Maroko memamerkan kitab-kitab karya ulama Nusantara. "Pameran kitab Nusantara untuk mengenalkan ke masyarakat Maroko bahwa ulama Nusantara punya banyak karya yang perlu diperhitungkan," kata Aniq saat dihubungi NU Online pada Ahad (12/8).
Aniq menuturkan bahwa orang luar negeri yang ada di Maroko tidak percaya jika ulama Nusantara dapat mengarang kitab menggunakan bahasa Arab dengan baik. "Banyak yang menganggap karya ulama kita diterjemahkan ke bahasa Arab oleh lajnah penerjemah," ujarnya.
Ia pun menjelaskannya kepada mereka bahwa tidak sedikit ulama Indonesia yang memang menulisnya langsung dengan menggunakan bahasa Arab. "Banyak pihak yang terkagum-kagum," kisahnya.
Ahmad Sri Bintang, ketua pelaksana Konfercab, menuturkan bahwa selain dipamerkan, kitab tersebut juga diperjualbelikan. "Kita juga menjualnya agar teman-teman dari luar negeri bisa membeli dan mempelajarinya," katanya kepada NU Online pada Sabtu (11/8).
Di samping itu, pengiriman dai ke Benua Eropa ia rasa sangat perlu untuk tetap dipertahankan mengingat pentingnya penyebaran Islam ramah. "Pengiriman imam dan dai untuk menyebarkan Islam ramah ke masyarakat Eropa," katanya.
Lebih lanjut, pria asal Gorontalo itu juga mengungkapkan bahwa kepengurusan baru ini perlu meningkatkan kaderisasi dan koordinasi antarpengurus guna menumbuhkan militansi dan berjalannya program dengan baik.
Di samping itu, kepengerusan sebelumnya telah membentuk travel Nahdlah Tour. Hal ini, katanya, perlu dimaksimalkan mengingat baru saja dibentuk dan belum berjalan. "Semoga di periode ini bisa dijalankan dengan maksimal," harapnya.
Di usianya yang sudah menginjak tahun ketujuh, PCINU Maroko belum memiliki sekretariat. Selama ini, terang Aniq, belum ada pergerakan untuk mewujudkan hal itu mengingat masih ada PR dalam merapikan sistem kerja di PCINU. "Tapi saat ini kami rasa sudah saatnya kita berpikir ke arah sana. Semoga bisa diwujudkan," tutur pria yang sedang menempuh studi di Universitas Abdul Malik Asa'di, Tetouan, Maroko, tersebut.
Sementara itu, Bintang, berharap agar rekan-rekannya dapat bekerja sama untuk mengembangkan PCINU Maroko ke depan agar lebih baik dan dapat memperjuangkan Islam Nusantara di kancah internasional.
"Karena tema yang kita usung adalah perjuangan dan pengabdian, maka semua teman-teman harus siap mengbdi dan berjuang untuk ke depan, untuk PCI yang maju, untuk PCI yang lebih baik, untuk Islam Nusantara di kancah internasional," harap mahasiswa Universitas Hassan 2, Cassablanca, Maroko, itu. (Syakir NF/Abdullah Alawi)