Internasional

Masjid-masjid di Sri Lanka Dikontrol Ketat setelah Serangan Bom

NU Online  ·  Jumat, 10 Mei 2019 | 16:59 WIB

Masjid-masjid di Sri Lanka Dikontrol Ketat setelah Serangan Bom

Masjid Raya Mohideen Meththai di Kattankudy, Sri Lanka (Asanka Brendon Ratnayake/The Washington Post)

Colombo, NU Online
Pemerintah Sri Lanka mewajibkan para pengurus masjid untuk menyerahkan salinan materi khutbah yang disampaikan di tempat mereka. Selain itu, masjid-masjid juga diperintahkan untuk mendesak ekstremisme. Peraturan ini dikeluarkanp oleh pemerintah Sri Lanka pada Jumat (10/5).

Kebijakan ketat pemerintah Sri Lanka ini dimaksudkan untuk menekan persebaran ajaran dan kelompok ekstremisme Islam di sana, terutama setelah serangan bom yang menewaskan 258 orang pada Hari Paskah bulan lalu.

Kementerian Urusan Agama dan Kebudayaan Muslim Sri Lanka menegaskan, di masjid tidak boleh diselenggarakan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada ekstremisme, terorisme, dan ujaran kebencian.

"Mengingat situasi yang terjadi di negara saat ini, kementerian mengarahkan kepada seluruh pengurus masjid untuk tidak terlibat atau mengizinkan pertemuan yang mempromosikan atau menyebarkan kebencian atau ekstremisme dalam bentuk apa pun," kata kementerian dalam pernyataannya, sebagaimana dikutip AFP.

Sebelumnya, pemerintah Sri Lanka juga menerapkan kebijakan ketat bagi Muslim di sana menyusul serangkaian yang terjadi di negeri itu. Diantaranya melarang Muslimah Sri Lanka mengenakan cadar, mengusir 200 ulama asing yang visanya kedaluarsa, menutup media sosial, dan memberlakukan jam malam.

"Larangan (mengenakan cadar bagi Muslimah) ini diberlakukan untuk memastikan keamanan nasional terjaga. Tidak seorang pun harus mengaburkan wajah mereka untuk membuat identifikasi menjadi sulit," bunyi pernyataan Kantor Kepresidenan Sri Lanka saat itu.

Sebagaimana diketahui, pada Hari Paskah Ahad, 21 April lalu terjadi serangan bom di delapan lokasi di Sri Lanka; tiga di kebaktian gereja, tiga di hotel, satu di luar kebun binatang di selatan Ibu Kota Kolombo, dan satu lagi di pinggiran kota. Akibatnya, sedikitnya 258 orang meninggal dunia dan ratusan orang lainnya terluka, termasuk luka parah.

Pemerintah Sri Lanka menuding kelompok radikal lokal, National Thowheed Jamaath (NTJ), sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu. (Red: Muchlishon)