Internasional

Melongok Tradisi Ramadhan di Iran

Sen, 15 Juli 2013 | 14:53 WIB

Jakarta, NU Online
Ramadhan menjadi masa untuk memperbanyak ibadah dan sedekah serta mempererat tali kekeluargaan bagi warga Muslim di Iran.
<>
Negara yang 90-95 persen penduduknya menganut agama Islam itu melarang warga makan, minum dan merokok di tempat umum selama Ramadhan.

Restoran dan warung kopi ditutup, jam kerja pun dikurangi untuk mengurangi beban warga Muslim yang berpuasa dan memberi mereka lebih banyak waktu untuk beribadah.

Seperti dikutip dari laman Times of Oman, warga Muslim Iran punya beragam menu untuk sahur yang disebut "Sahari" dan berbuka puasa selama bulan suci.

Sebagian memilih makanan-makanan hangat, ada pula yang mengonsumsi roti, selai, keju, telur, kurma dan teh panas.

Menurut Elham Pourmohammadi, jurnalis di Teheran, orang-orang Iran biasanya berbuka puasa dengan kurma dan secangkir teh atau air panas. 

Sebagian keluarga menggabungkan buka puasa dan makan malam menjadi satu, sementara yang lain memisahkan buka puasa dan makan malam. 

Makanan yang biasa disajikan saat berbuka biasanya teh, roti, keju, sayuran segar, serta zoolbia dan bamiyeh (kudapan berlapis sirup manis khas Persia) dan halva (makanan manis yang antara lain terbuat dari pati, telur, gula, saffron, dan kacang).

Selain itu ada shole zard (makanan penutup yang terbuat dari beras, gula, dan kunyit); ash reshteh (sup kental berisi mie, biji-bijian, lentil, parsley dan bayam); dan haleem (semacam bubur yang dibuat dari terigu, barley, dan daging).

Di Iran, anak-anak kecil yang belum memasuki masa akil baligh namun ingin belajar berpuasa biasanya juga tidak makan dan minum hingga waktu Dzuhur tiba, saat mereka makan siang, lalu melanjutkan puasa hingga Matahari tenggelam.


Redaktur: Mukafi Niam
Sumber  : Antara