Internasional

NU Afghanistan Perkuat Pemahaman Islam Moderat

Ahad, 2 Januari 2022 | 14:00 WIB

NU Afghanistan Perkuat Pemahaman Islam Moderat

NU Afghanistan memperkuat pemahaman Islam moderat dengan mengadakan Annual Conference.

Jakarta, NU Online

Upaya internasionalisasi Islam yang berkarakter moderat (wasathiyah), seimbang (tawazun), dan toleran (tasamuh) ala Nahdlatul Ulama terus dilakukan oleh segenap elemen warga Nahdlatul Ulama. Melalui program internasionalisasi dan berbagai forum silaturahmi tingkat internasional, NU telah menjalin komunikasi dengan bebagai elemen di dunia Muslim lintas mazhab dan lintas negara, sekaligus mengokohkan identitas NU sebagai penyokong Ahlus Sunnah wal Jamaah (Aswaja) di tingkat global.


Di penghujung tahun 2021, Nahdlatul Ulama Afghanistan (NUA) mengadakan Annual Conference 2021 dengan tema “Nahdlatul Ulama Afghanistan and the Social and Political Situation of the Country” pada hari Kamis (30/12/2021).


NU Afghanistan merupakan organisasi yang didirikan oleh Ulama Afganistan yang mayoritas berasal dari etnis Pashtun. NU Afghanistan didirikan oleh Fazal Ghani Kakar yang juga Managing Director Noor Educational & Capacity Development Organization (NECDO) yang banyak bergerak dalam pemberdayaan perempuan dan menjadi pelaksana program United Nations Development Fund for Women (UNIFEM), salah satu agensi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pemberdayaan perempuan Afganistan.


Ada lima prinsip yang yang dianut dan dikembangkan NU Afghanistan yaitu moderat (tawasuth), berimbang (tawazun), toleransi (tasamuh), keadilan (i’tidal), dan musyarakah.  


Acara yang diselenggarakan di NU Afghanistan Main Office di Kabul ini dibuka oleh Ahmad Noor Waqif selaku Ketua NU Afghanistan saat ini. Konferensi ini menghadirkan KH As’ad Sa’id Ali, Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2010-2015, dan Prof Shalahuddin Kafrawi, Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Amerika Serikat dan Kanada (PCINU AS-K).


Pada kesempatan tersebut, As’ad menyinggung tentang pentingnya peran ulama dalam mengembangkan  moderasi pada dakwah Islam. Ia menyampaikan bahwa konsep Islam wasatiyah sangat relevan, dalam Al Quran konsep ini juga diletakkan dalam posisi penting sebagai ummatan wasathan.


Sementara itu, Prof Shalahuddin menyinggung tentang bagaimana memperkuat pemahaman moderat di kalangan masyarakat Muslim yang kini mengalami perjumpaan dengan banyak keragaman dalam konteks masyarakat global kontemporer. 


Ia menyitir Al-Qur'an Surat Al Baqarah (2) ayat 143 sebagai dalil bahwa Allah swt menghendaki Muslim untuk berperilaku sebagai umatan wasatan (umat moderat). Selain itu, bagaimana seharusnya Islam diemban sebagai rahmat bagi semesta (rahmatan lil alamin) sebagaimana tercantum di Al-Qur'an Surat An-Nisa (4) ayat 104.   


“Islam memiliki nilai yang absolut atau mutaqaddimat seperti misalnya wahdah (persatuan), adalah (keadilan), rahmah (kasih sayang), begitu pula prinsip-prinsip maqashid syariah yang menjadi nilai fundamental dalam ajaran Islam.” tambahnya. 


“Wasatiyah atau moderasi yang mencakup tawassut, i’tidal, tawazun, dan iqtisad adalah salah satu mutaqaddimat, nilai absolut di dalam Islam” imbuh pengajar Hobart and William Smith Colleges New York.


“Sementara itu, selain mutaqaddimat, ada nilai yang relevan sesuai variabel dalam masyarakat Muslim atau mutaghayyirat yang melebur dengan akulturasi budaya yang ada, seperti Islam dengan karakter Indonesia dan Islam dengan karakter Afghanistan” tambah Prof Shalahuddin, ketika menjelaskan bagaimana menginterpretasikan Islam moderat dalam sosial kemasyarakatan.


Narasumber lain, Ms Husnia Tooba menjelaskan bagaimana NU Afghanistan mendukung hak perempuan untuk pendidikan dan partisipasi sosial.


Turut hadir meramaikan beberapa tokoh dari Pengurus Cabang Istimewal Nahdlatul Ulama (PCINU) lainnya, Seperti Rais Syuriah dari PCINU Federasi Rusia dan Eropa Utara, Mustasyar beserta Tandfiziyah PCINU Sudan, Rais Syuriah dan Tanfidziyah PCINU Pakistan, serta Ketua Tanfidziyah PCINU AS-Kanada.


Kontributor: Badat Alauddin
Editor: Syakir NF