Internasional

PCINU Turki Gelar Konferensi Internasional Pertama

Rab, 21 Mei 2014 | 03:00 WIB

Istanbul, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa Nahdhatul Ulama (PCINU ) Turki menghelat konferensi internasional bertajuk “Reinventing Islamic Tradition in Indonesia and Turkey : Historical Roots, Presents Status and Future Projections”.
<>
Kegiatan yang berlangsung di Atakent Kultur Merkezi, Istanbul pada Ahad (18/5) ini merupakan konferensi internasional pertama PCINU Turki.

Hadir sebagai pembicara dalam konferensi ini Prof.Dr. Martin van Bruinessen ( Islamic Studies, Utrect University), Dr. Syafiq Hasyim ( Islamic Studies, Freie Universitaet Berlin) serta Prof. Dr. Sait Özervarlı (Ottoman Intelectual History, Yıldız Technical University).

Membuka acara konferensi ini GISBI (Gita Seni dan Budaya Indonesia) menampilkan tari Saman. Pada sesi pertama Duta Besar RI untuk Turki Nahari Agustini memaparkan kerjasama Indonesia dan Turki.“Kerjasama Indonesia dan Turki sudah dimulai sejak abad 16 ketika Turki mengirimkan bantuan perang untuk Aceh, ” kata Nahari Agustini.

Setelah itu Duta Besar RI untuk Aljazair Ahmad Ni’am Salim dan Ahmad Syaerozi  (Intelektual Muda NU) memaparkan pandangan mereka mengenai demokrasi dan Islam. Kemudian sesi yang dimoderatori oleh Zacky Khairul Umam ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang mendapatkan tanggapan cukup antusias dari ratusan peserta konferensi.

Untuk mengenalkan Nahdhatul Ulama ke masyarakat Turki sebelum sesi kedua dimulai, PCINU Turki menampilkan video profile organisasi yang didirikan di Surabaya 1926 tersebut dengan subtitle Bahasa Turki.

Sesi kedua konferensi serasa lebih hidup. Syafiq Hasyim, doktor yang juga Rais Syuriyah PCINU Jerman ini memaparkan pandangannya tentang demokrasi di Indonesia. Dimulai dari situasi terakhir Indonesia sejak jatuhnya Soeharto, modern Islam, dan kebebasan pers.

Kemudian Sait Ozervarli lebih memaparkan tentang sejarah Turki Usmani. Terakhir, Martin van Bruinessen peneliti Islam di Indonesia dan peneliti di berbagai negara ini membandingkan Islam di Indonesia dan Turki. Sesi kedua ini dimoderatori oleh Dr Altay Atlı. (Hari Pebriantok/Abdullah Alawi)