Internasional

Pemikiran Ulama Nusantara Rutin Dikaji di Tunisia

Sen, 25 April 2016 | 18:16 WIB

Tunisia, NU Online
Beragam cara dilakukan warga Nahdliyyin dalam memperingati Harlah ke-93 NU. Di kota Tunis, puluhan mahasiswa NU di Tunisia berkumpul menggelar kajian bertema Sejarah dan Pemikiran Ulama Nusantara, Minggu (24/4) sore waktu setempat. 

Kajian yang menggunakan bahasa Arab sebagai pengantar ini berlangsung di sekretariat Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia. Bertindak sebagai pembicara tunggal, Rais Syuriyah PCINU Tunisia, Dede Ahmad Permana yang menyampaikan makalah Syekh Nawawi al-Jawi, Hayatuhu wa Fiqhuhu (Syekh Nawawi Al-Jawi: Biografi dan Pemikiran Fikihnya). 

Dalam presentasinya, Dede menjelaskan beberapa karakteristik pemikiran fiqih yang dikembangkan oleh Syekh Nawawi Banten. Di antaranya ia menyoroti Syekh Nawawi yang biasa memilih jalur kompromi (al jam'u wat taufiq) di tengah pendapat-pendapat yang berseberangan.  Sebagai contoh, seseorang yang tertidur lelap dalam posisi duduk, disunnahkan untuk berwudlu lagi, meskipun - dalam fiqih Syafii - wudlunya dianggap tidak batal. Penyunahan ini ditempuh Syekh Nawawi demi menghormati pendapat ulama lain yang mewajibkan wudlu lagi. 

"Dalam beberapa kitab fiqihnya, Syekh Nawawi sering menyebut kalimat khurujan minal khilaf, untuk menegaskan tujuan dari pilihan-pilihan ijtihadnya," tutur kandidat doktor di Universitas Zitouna ini.  

Ahmad Muntaha Afandi, selaku Ketua Tanfidziyah menuturkan bahwa tema pemikiran ulama Nusantara ini sengaja dipilih sebagai salah satu upaya agar para mahasiswa nahdliyyin mengenal ketokohan dan pemikiran mereka. Gagasan dan pemikiran mereka yang moderat, sangat relevan untuk dikaji dan dijadikan inspirasi. 

"Khazanah pemikiran mereka (ulama Nusantara) patut diapresiasi. Harapannya, dapat menjadi inspirasi bagi kaum muda NU," tutur mahasiswa S2 Fakultas Adab Universitas Manouba ini. 

Pada sesi-sesi berikutnya, kajian yang dilangsungkan secara rutin ini akan membedah pemikiran para ulama Nusantara lainnya, seperti Syekh Yusuf al Makasari, Syekh Mahfud Termas, dan lain-lain. (Ahmad Jauhari /Zunus)