Internasional

Pengalaman Pertama Berpuasa di Turki

NU Online  ·  Ahad, 12 Mei 2019 | 19:31 WIB

Jakarta, NU Online
Puasa lebih lama dari biasanya memang menyisakan momok mulanya di benak Abdussami Makarim. Dua sampai tiga jam tentu bukan waktu yang sebentar untuk menahan lapar dan dahaga.

"Pertama tahu puasa di sini lebih lama dari di Indonesia, saya terkejut. Masalahnya di sini puasa 16-17 jam sehari, mulai dari jam 4 am - 8 pm, lebih lama 3-4 jam dari Indonesia," kata  Abdussami yang tengah studi di Ulucami Arifiye Kuran Kursu, Umraniye, Istanbul, Turki kepada NU Online pada Ahad (12/5).

Sami, sapaan akrabnya, bahkan sempat khawatir tidak mampu merampungkan dengan baik puasa perdananya di Negeri Al-Fatih itu.

"Tapi pas dijalanin fine-fine aja. Mungkin karena faktor cuaca juga kayaknya, di sini suhunya sejuk nggak panas jadi ibaratnya nggak 'nyiksa' orang yang lagi puasa," katanya.

Mengingat hal tersebut, Sami memperbanyak kegiatan di dalam ruangan ketimbang di luar, dengan mengaji beberapa kitab, kursus bahasa Turki, tidur siang, dan tadarus Al-Qur'an.

"Supaya pas puasa nggak capek," kata pria yang menyelesaikan studi tsanawiyah dan aliyahnya di Pondok Buntet Pesantren, Cirebon, Jawa Barat itu.

Sementara kegiatan keluar seperti belanja, cukur rambut, hingga ke tukang jahit dan seterusnya, ia lakukan pada sore atau malam hari setelah shalat tarawih.

Tarawih di Turki
Sami dan rekan-rekannya melaksanakan tarawih di masjid bersama para hoca, dan warga sekitar. Shalat tarawih di tempatnya diimami oleh seorang hafiz karena saban hari bacaan suratnya satu juz.

"Di sebagian masjid di sini diimami oleh para hafiz yang di antaranya juga ada orang Indonesianya. Mereka tarawih dengan bacaan satu juz perhari sehingga selama bulan Ramadhan bisa khatam 30 juz untuk tarawih," katanya.

Tak berbeda dengan masyarakat NU, umat Islam di sana juga, kata Sami, melaksanakan tarawih 20 rakaat ditambah tiga rakaat witir. Meskipun demikian, di antara Indonesia dan Turki juga ada perbedaannya.

"Bedanya di sini mazhab Hanafi shalat tarawih dengan empat rakaat sekali salam dan witir langsung tiga rakaat satu kali salam," jelasnya.

Sembari menunggu waktu Isya datang, terang Sami, masjid-masjid di Turki juga selalu mengadakan sohbet (ceramah) dari hoca besar (guru besar) tentang keagaman dan kehidupan bagi para siswa dan warga. (Syakir NF/Abdullah Alawi)