Internasional

Pengamat: Serangan Amerika dan Inggris ke Houthi-Yaman di Laut Merah Tak Selesaikan Masalah

Sel, 16 Januari 2024 | 21:30 WIB

Pengamat: Serangan Amerika dan Inggris ke Houthi-Yaman di Laut Merah Tak Selesaikan Masalah

Sebuah rudal diluncurkan dari kapal perang dalam operasi koalisi pimpinan AS terhadap sasaran militer di Yaman, 12 Januari 2024. (Foto: Reuters/BBC)

Jakarta, NU Online

Amerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan udara terhadap sejumlah basis Houthi di Yaman pada Kamis (11/1/2024) malam hingga Jumat (12/1/2024). Serangan tersebut bertujuan untuk menghalau serangan kelompok Houthi yang didukung Iran terhadap kapal-kapal kargo yang melintasi Laut Merah.


Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia M Luthfi Zuhdi menyoroti bahwa serangan Amerika dan Inggris kepada Houthi-Yaman tidak serta-merta mengatasi konflik di Laut Merah.


"Serangan Amerika terhadap Houthi juga tidak serta-merta menyelesaikan masalah," kata Luthfi kepada NU Online, Selasa (16/1/2024).


Menurutnya, Houthi telah lama menjadi sasaran serangan, terutama dari aliansi negara-negara Islam anti-terorisme yang dipimpin oleh Arab Saudi selama bertahun-tahun. Meskipun telah menghadapi berbagai serangan, Houthi tetap bertahan dan menunjukkan kekuatan yang cukup tangguh.


"Mereka sebetulnya sebelumnya sudah mendapatkan serangan dari aliansi negara-negara Islam anti-terorisme yang dipimpin Saudi Arabia," tuturnya.


Luthfi menjelaskan bahwa serangan militer Amerika, bersama dengan koalisi yang melibatkan Inggris dan beberapa negara lainnya, tidak akan mampu menghentikan serangan yang dilakukan oleh Houthi. 


Analisis atas kemampuan Houthi dalam merespons serangan Saudi Arabia sebelumnya menunjukkan bahwa mereka memiliki persiapan yang matang.


"Dengan serangan tersebut Houthi masih bisa bertahan, bahkan cukup kuat. Oleh karena itu, serangan militer Amerika maupun koalisi dengan Inggris dan beberapa negara lainnya ini juga tidak akan menghentikan serangan Houthi," jabar dia.


Luthfi juga menggarisbawahi bahwa permasalahan ini tidak dapat dipisahkan dari konteks geopolitik yang lebih luas. Baru-baru ini, serangan bom yang menewaskan seorang ilmuwan Iran menyisipkan dimensi tambahan pada konflik ini. Kejadian tersebut memiliki kaitan langsung dengan serangan Houthi terhadap kapal dagang yang dimaksud. 


"Ini permasalahannya tidak berdiri sendiri. Belum lama ini juga ada bom yang membunuh seorang ilmuwan Iran. Itu juga ada kaitannya dengan serangan Houthi kepada kapal dagang itu. Semuanya berkelindan," paparnya.


Sasaran serangan Amerika Serikat dan Inggris

Amerika Serikat mengklaim telah melakukan serangan yang disengaja terhadap lebih dari 60 sasaran di 16 lokasi pasukan Houthi yang didukung Iran. Sasaran serangannya adalah sistem radar, tempat penyimpanan dan peluncuran drone, fasilitas penyimpanan dan peluncuran rudal, serta pusat komando dan kendali Houthi.


Serangan dilaporkan terjadi di Kota Sanaa, Ibu Kota Yaman, yang dikuasai pasukan Houthi serta pelabuhan Houthi di Hodeidah, Dhamar, dan markas kelompok tersebut di barat laut Saada.


Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, serangan Inggris terjadi Bani yang terletak di barat laut Yaman merupakan lokasi peluncuran rudal dan drone. 


Sementara menurut Juru Bicara Militer Houthi, telah terjadi 72 serangan secara keseluruhan. Serangan tersebut mengakibatkan lima anggota Houthi terbunuh, sedangkan enam orang lainnya terluka.


Pihak Pentagon Amerika Serikat menyebut serangan itu tidak menyasar warga sipil, melainkan menyasar target militer dengan senjata presisi.