Internasional

Puasa di Tanah Suci 'Bak Kerupuk Disiram Air'

NU Online  ·  Kamis, 16 Mei 2019 | 09:00 WIB

Puasa di Tanah Suci 'Bak Kerupuk Disiram Air'

Ilustrasi (Arabian Business)

Jakarta, NU Online
Terik mentari menyengat siapa saja tanpa pandang bulu di Kerajaan Arab Saudi. Tak peduli orang-orang sedang menjalani rukun Islam keempat. Tentu kondisi yang demikian bukanlah hal mudah bagi Muslim di sana untuk menjalankan ibadah tersebut.

“Berpuasa di tengah terik matahari tentu bukan hal yang ringan, selain ketahanan tubuh juga diperlukan iman dan niat yang kuat,” kata Yahya bin Syamsuddin, A’wan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Kerajaan Arab Saudi, pada Kamis (16/5).

Cuaca panas terasa membakar kulitnya. Bahkan sampai terasa tembus ke dalam daging, katanya. Tak ayal hal tersebut tak sedikit membuat niat puasanya melempem. “Laksana kerupuk yang disiram air,” lanjutnya.

Terlebih saat siang bolong, di bawah terik matahari yang ganas, ia diminta untuk membelikan roti atau es ke warung yang memaksanya berjalan kaki di bawah payung pusat tata surya itu. “Kami tetap menikmatinya, walau kadang dalam hati suka ngomel,” ceritanya sembari tertawa, “maklum emosi orang puasa. puanasnya,” imbuhnya.

Yahya juga menceritakan rekannya, Asep Suherman yang bekerja sebagai salah satu mekanik di sebuah perusahaan ternama. Suhu yang tinggi sangat dirasakan oleh pria yang akrab disapa Suhe itu. "Baru saja duduk dan belum mengerjakan apa apa, Tapi keringat sudah bercucuran membasahi wajah dan sekujur tubuhnya,” katanya menirukan ucapan Suhe.

Meskipun demikian, Ketua Lembaga Dakwah Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah (LD TQN) Suryalaya perwakilan Arab Saudi ini merasa semua hal tersebut bukanlah halangan bagi dirinya untuk tetap menjalankan kewajibannya sebagai Muslim.

“Tapi alhamdulillah dengan niat yang kuat, WNI yang berada di Timur Tengah dan Kota Jeddah khususnya, Alhamdulillah dengan izin Allah kami bisa menghadapi terik matahari dalam keadaan berpuasa, dan tidak menjadikan hambatan dan alasan bagi kami untuk tidak berpuasa,” kata pria asal Tasikmalaya tersebut.

Karenanya, saat berbuka menjadi kebahagiaan yang luar biasa baginya. Betapa tidak, panas terik matahari dan lelah bekerja di jalanan sebagai seorang sopir terbayarkan dengan buka puasa dengan berbagai menu Arab.

“Dan sungguh kebahagian yang luar biasa ketika buka puasa tiba, dengan ala buka hasmiah filmiah menu Arab, seperti nasi kabsah, nasi bukhori, dan ayam panggangnya, nasi mandi ayam, daging kambing, dan lain-lain,” pungkasnya. (Syakir NF/Abdullah Alawi)