London, NU Online
Shamima Begum (19) adalah salah satu dari tiga remaja yang ditemukan hilang di London Timur pada 2015 silam. Kemudian dia diketahui telah bergabung dengan ISIS pada Februari 2015. Dua temannya yang juga gabung ISIS adalah Kadiza Sultana dan Amira Abase.
Ada cerita menarik ketika mereka terbang dari Bandara Gatwick London menuju Turki sebelum akhirnya menyeberan ke Suriah. Awalnya mereka berbohong kepada orang tuanya meminta izin untuk keluar sehari. Namun nyatanya mereka pergi untuk bergabung dengan ISIS.
Semula penguasa ISIS tidak mempercayai ketiga gadis asal Inggris itu dan menganggap mereka sebagai mata-mata. Mereka lalu ditempatkan di suatu apartemen di suatu kota yang dikuasai ISIS pada saat itu. Di situ, mereka ‘diasuh’ oleh Um Laith yang bertugas ‘menghapus’ pikiran-pikiran Barat mereka dan menanamkan paham keagamaan ISIS yang radikal.
Shamima dan dua temannya kemudian dipindahkan ke maqar, semacam tempat penginapan bagi perempuan yang belum menikah atau janda. Tidak lama berada di sana, ketiganya dinikahkan dengan milisi-milisi ISIS. Shamima sendiri dinikahkah Yago Riedijk, seorang milisi ISIS asal Belanda yang telah masuk Islam.
Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis TheTimes Anthony Loyd, sebagaimana dikutip BBC, Rabu (13/2), Shamima mengaku menjalani hidup ‘normal’ ketika bergabung dengan ISIS empat tahun.
“Sejak saat itu hingga terdengar suara bom. Namun, bagi kami itu adalah hal yang biasa,” kata Shamima.
Shamima juga mengaku tidak terkejut dengan aksi militan ISIS terhadap para musuh-musuhnya. Dia mengaku pernah menemukan kepala musuh ISIS di dalam sebuah tong.
Ingin pulang
Shamima Begum kini mengemukakan keinginannya untuk pulang ke negara asalnya, Inggris. Saat ini, Shamima tengah mengandung Sembilan bulan anak ketiganya. Anak pertama dan keduanya meninggal karena sakit dan kekurangan gizi. Shamima yang sedang menunggu kelahiran anak ketiganya itu ingin membesarkan anaknya di Inggris, dengan sistem perawatan kesehatan yang baik. Shamima takut kalau anak ketiganya akan mengalami nasib yang sama dengan dua anaknya sebelumnya.
Shamima sudah memberitahu kepada ibunya kalau dia membutuhkan bantuan untuk kembali ke Inggris dan melahirkan anaknya yang ketiga di sana. Meski demikian, Shamima mengaku tidak menyesal telah meninggalkan Inggris dan bergabung dengan ISIS selama empat tahun.
“Namun, saya ingin pulang demi anak saya dan hidup tenang di sana," kata Shamima.
Pemerintah Inggris bakal mencegah Shamima balik
Sebagaimana diberitakan The Times, Menteri Dalam Negeri Inggris Sajid Javid menegaskan kalau dirinya tidak akan ragu mencegah warga yang telah mendukung organisasi teroris untuk kembali ke Inggris. Bagi Javid, mereka yang meninggalkan Inggris dan bergabung dengan ISIS adalah orang yang dipenuhi kebencian terhadap negerinya sendiri.
Meski demikian, lanjut Javid, seperti dikutip BBC, kalau seandainya Shamima memiliki keinginan yang kuat untuk kembali ke Inggris maka dia harus bersedia untuk diinvestigasi. Bahkan, dituntut secara hukum.
Menurut Javid, pemerintah Inggris memiliki sejumlah pendekatan untuk memperlakukan seseorang yang dianggap sangat berbahaya ketika akan kembali pulang. Orang tersebut bisa saja dicabut kewarganegaraannya atau diusir dari negara.
Sementara, koresponden BBC Dominic Casciani mengatakan, kalau seandainya usia Shamima di bawah 18 tahun maka pemerintah Inggris wajib memulangkannya. Namun karena umur Shamima sudah 19 tahun maka dia harus mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukannya.
Casciani juga mengungkapkan kalau pemerintah Inggris bisa saja mengatur kepulangan Shamima. Caranya melalui Perintah Pengecualian Sementara. Peraturan Inggris menyebutkan kalau seorang terduga teroris dilarang masuk ke Inggris, kecuali setelah mereka menjalani pengawasan dan deradikalisasi.
Permohonan keluarga Shamima
Keluarga Shamima mengaku mengerti dengan perasaan warga Inggris yang menentang keinginan Shamima untuk pulang kembali ke Inggris. Meski demikian, keluarga Shamima berharap agar rakyat Inggris memberikan pengertian dan belas kasihnya kepada Shamima.
“Apa yang dia lakukan memang tak mencerminkan Islam yang sesungguhnya. Namun, dia baru 15 tahun waktu pergi ke Suriah. Kami memohon pengertian dan belas kasihan atas namanya," kata saudara ipar Shamima, Mohammed Rehamn, dikutip Daily Mail, Kamis (14/2).
Beragam reaksi
Keinginan Shamima untuk pulang kembali ke Inggris memicu reaksi yang beragam. Lord Carcile, mantan peninjau legislasi terorisme di Parlemen Inggris, mengatakan, pemerintah Inggris harus menerima kembali Shamima manakala gadis asal Bethnal Green itu tidak menjadi warga negara manapun. Carcile mendasarkan pendapatnya itu dengan hukum internasional. Dimana seseorang akan sangat sulit jika dibiarkan tanpa memiliki kewarganegaraan.
Sementara mantan kepala polisi yang memimpin pencegahan terorisme saat Shamima kabur dulu Sir Peter Fahy memahami kalau warga London tidak tertarik untuk memulangkan Shamima. Menurutnya, hal itu dipicu pernyataan Shamima yang mengaku tidak menyesal sama sekali setelah bergabung dengan ISIS.
“Jika saja Shamima menyatakan penyesalan bergabung dengan ISIS, mungkin situasinya bakal berbeda," kata Fahy kepada Radio BBC 4's Today. (Red: Muchlishon)