Internasional

Sistem Pesantren di Indonesia Jadi Inspirasi Madrasah di Pakistan

Sab, 7 Mei 2016 | 13:01 WIB

Islamabad, NU Online
Dalam seminar internasional tentang The Role of Islamic Boarding School and Madrasah in Establishing Islamic Environment to a Nation, Jumat (6/5) yang digelar di International Islamic University (IIU) Islamabad, Rektor IIU, Prof Dr Masoom Yasinzai mengatakan, Indonesia memiliki contoh di mana lembaga pendidikan Pesantren (di Pakistan: Madrasah) telah lama mengintegralkan kurikulum pendidikannya antara ilmu-ilmu agama dengan social sciences, selain juga dengan keterampilan hidup bermasyarakat bahkan entrepreneurship

“Madrasah yang berkembang di Pakistan masih terlalu tradisional dan hanya terfokus pada pengkajian ilmu-ilmu syariat (baca; agama),” sambung sang Rektor. Lebih lanjut Rektor menjelaskan bahwa selama ini masih banyak umat Islam yang baru memahami Islam sebatas aturan beribadah dan tidak sebagai faktor pendorong kemajuan peradaban, sehingga Madrasah atau sebagian Universitas Islam hanya menekuni bidang ilmu-ilmu terkait ibadah dan tidak menjamah bidang muamalat. 

“Padahal kandungan al-Qur’an hanya memuat 10 persen aspek ibadah dan 80 persennya adalah muamalat,” kritik sang Rektor. Kondisi seperti ini merefleksikan potret umat Islam yang cukup tertinggal dari sisi peradaban saat ini karena menurutnya telah terjadi penggerusan pengamalan beragama umat Islam dari konsep ideal Islam yang dikandungnya.  

Rektor berharap melalui sharing penerapan tentang sistem pendidikan Pesantren atau Madrasah, masyarakat Pakistan dapat menggali lebih banyak dari pengalaman Indonesia. Kalangan akademisi dan Pemerintah Indonesia diharapkan untuk lebih proaktif mempromosikan sistem pendidikan di Pesantren Indonesia kepada masyarakat Pakistan sehingga bisa menginspirasi hadirnya kurikulum yang integratif dan sesuai dengan misi diturunkannya al-Qur’an sebagai kitab yang mendorong kemajuan di segala bidang.

Hal senada juga disampaikan oleh Dubes RI untuk Pakistan, Iwan Suyudhie Amri, dengan menyetir sejarah awal berdirinya Pesantren Indonesia yang awalnya masih belum dimasukkan ke dalam Sistem Pendidikan Nasional. Dubes RI menyampaikan bahwa seiring dengan perkembangan waktu, Pemerintah Indonesia telah mengakui Pesantren, karena dengan kesadarannya Pesantren telah melakukan evolusi kurikulum dari semata mengajarkan ilmu-ilmu agama juga mengembangkan ilmu-ilmu umum. 

Selain itu menurutnya juga peran yang dimainkan oleh Pondok Pesantren dalam membangun karakter bangsa sangatlah besar. Dubes RI juga menyambut baik tawaran Rektor IIUI untuk lebih mempromosikan sistem Pesantren Indonesia di Pakistan, menggali potensi kerjasama antar Madrasah, selain juga akan terus mengupayakan jalinan kerjasama pendidikan antara Perguruan-Perguruan Tinggi di kedua negara. 

“Peran lembaga pendidikan termasuk pesantren/madrasah dalam memperkuat pilar kesatuan dengan memahami perbedaan sebagai suatu hal yang alamiah diperoleh melalui pendekatan-pendekatan yang inklusif,” tambah Dubes Iwan. 

Lebih jauh pakar pendidikan IIUI, Prof Dr Zafar Iqbal Chaudhary yang didaulat sebagai pembicara, membahas peran Pesantren di Indonesia dalam proses national building. “Pendidikan Pesantren Indonesia adalah model terbaik untuk ditiru karena telah memberikan kontribusi banyak bagi kemajuan negara di segala bidang,” tegasnya. Menurut Zafar, di Pakistan terdapat sekitar 20.000 madrasah/pesantren, namun belum seluruhnya meliliki standar yang memadai seperti yang ada pada Pesantren di Indonesia. 

“Berkembangnya paham Islam moderat dan menghargai local wisdom juga muncul dari pendidikan hasil Pesantren di Indonesia,” tambah Zafar. “Harus diakui bahwa dunia Islam harus banyak menimba pengalaman dari perkembangan positif ini,” kata Za’far menutup paparannya. 
 
Seminar internasional ini berlangsung lancar dihadiri oleh para dosen IIUI, pejabat dan staf KBRI Islamabad, mahasiswa asing baik dari berbagai negara seperti China, Afrika, Negara-negara Arab, Pakistan, Afghanistan, Thailand, Maladewa, Tajikistan dan lain-lain. Acara ini terselenggara atas kerjasama antara Alumni Pondok Modern Gontor Ponorogo yang belajar di IIUI dengan Fakultas Social Science serta Fakultas Pendidikan Jarak Jauh IIU. 

Menurut Firman dan Ikmal, acara yang digelar dalam rangka peringatan Harlah ke-90 Pondok Modern Gontor ini, mendapatkan apresiasi dari banyak pihak. Salah seorang mahasiswa asal China mengaku kagum dengan perkembangan Islam di Indonesia yang tersebar melalui lembaga pondok Pesantren. Lain lagi dengan Quli Baliy, mahasiswa asal Afrika  yang terlihat aktif menyimak jalannya seminar mengungkapkan keinginannya untuk melihat langsung sistem pembelajaran di Pesantren Indonesia yang baru saja ia ketahui. 

Para mahasiswa Indonesia yang hadir pun berharap kepada kalangan akademisi maupun pemerintah untuk dapat meneruskan hasil seminar dengan agenda yang lebih nyata semisal pengupayaan saling kunjung, saling sharing atau studi banding antara pimpinan-pimpinan Pesantren/Madrasah dari kedua negara. Mengingat Indonesia dan Pakistan dengan total populasi sebesar 440 juta jiwa dan mayoritasnya adalah muslim, diyakini dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan Islam di tengah merebaknya berbagai isu negatif yang dialamatkan kepada umat Islam seperti radikalisme, terorisme dan anti modernitas yaitu diantaranya dengan cara mengaktifkan interaksi  antar tokoh-tokoh Islam yang berada di Pesantren atau Madrasah. (Muladi/Fathoni)