Internasional

Soal Pembakaran Al-Qur’an, Muslim Swedia Tidak Respons dengan Kekerasan, Malah Bagi-bagi Cokelat

Sel, 4 Juli 2023 | 01:00 WIB

Soal Pembakaran Al-Qur’an, Muslim Swedia Tidak Respons dengan Kekerasan, Malah Bagi-bagi Cokelat

Salwan Momika pelaku yang membakar Al-Quran di luar Masjid Stockholm Swedia pada Rabu (28/6/2023). (Foto: AFP)

Jakarta, NU Online 
Kasus pembakaran Al-Qur’an yang terjadi di dekat Masjid Raya Stockholm, Swedia pada momen Idul Adha 1444 H, Rabu (28/6/2023) memancing banyak kecaman dari berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Hal demikian disampaikan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Swedia merangkap Republik Latvia Kamapradipta Isnomo.

 

Hal serupa juga disampaikan komunitas Muslim setempat. Mereka menyampaikan nota protes atas insiden tersebut. Meskipun demikian, Dubes Kamapradipta menyampaikan bahwa komunitas Muslim di negara tersebut tidak merespons secara reaktif kasus tersebut.

 

"Seluruh Muslim Swedia sangat kecewa. Namun dalam waktu yang sama, mereka sangat tenang reaksinya terhadap insiden tersebut. Tidak ada kekerasan. Tidak ada demonstrasi," ujarnya dalam tayangan video wawancara bersama SEA Today yang diunggah ulang akun Instagram @indonesiainstockholm pada Senin (3/7/2023).

 

Bahkan, menurutnya, Muslim yang shalat di masjid tersebut menyediakan cokelat untuk para pengunjung yang menyaksikan insiden itu. “Faktanya, mereka yang baru saja menunaikan shalat (Idul Adha) itu justru menyediakan cokelat bagi masyarakat di tempat peristiwa insiden itu,” katanya.

 

Pihaknya juga menyampaikan nota protes dan kecaman atas peristiwa tersebut kepada pemerintah Swedia melalui menterinya. Saat itu juga, ia mengaku mendapatkan respons atas surat yang ia layangkan.

 

Selain itu, Kedutaan Besar Indonesia di Stockholm juga senantiasa menjaga, melindungi, dan terus memantau keberadaan dan kondisi 1.500-an Warga Negara Indonesia (WNI) di sana. "Kedubes juga menjaga dan memantau warga negara kami 1.500 di Swedia," ujarnya.

 

Kamapradipta juga menyampaikan bahwa memang pelaku, yakni Salwan Momika, mengajukan izin untuk berdemonstrasi melakukan pembakaran Al-Qur’an beberapa waktu sebelumnya. Permohonannya ini sempat ditolak, tetapi pada akhirnya diizinkan.

 

“Karenanya, polisi tidak punya pilihan untuk memberikan izin dan menjaga keamanan itu,” katanya.

 

Lebih lanjut, Kamapradipta juga menyampaikan bahwa Pemerintah Swedia sangat peduli terhadap dampak negatif dari hal tersebut. Hal ini mengingat sektor ekonomi negara di wilayah Skandinavia itu 50 persennya berdasarkan ekspor.

 

Pun, lanjutnya, Swedia juga merupakan negara yang mengajukan diri untuk bergabung dengan NATO. Namun, negara-negara yang tergabung dalam OKI, termasuk di antaranya Turki yang juga bagian dari NATO menyampaikan protes atas peristiwa tersebut. “Insiden ini jadi tantangan bagi Swedia,” katanya.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: AizLuthfi