Internasional

Tahlilan ala Maroko

Kam, 20 September 2018 | 16:40 WIB

Tangerang Selatan, NU Online
Tahlilan tidak saja dilakukan oleh Muslim di Indonesia. Muslim Maroko juga melakukan hal tersebut untuk mendoakan keluarganya yang meninggal dunia.

"Ketika ada orang yang meninggal, ahli warisnya memanggil ahli Qur'an, kalau di kita itu Jamiyyatul Qurra wal Huffazh," kata Alvian Iqbal Zahasfan dalam diskusi bertema PCINU dan Tantangan Amaliah NU di Negeri Maghrib. Kegiatan ini dalam rangkaperingatan berdirinya Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko yang ketujuh di Tangier, Maroko, Rabu (19/9).

Namun, kata Alvian, masyarakat Maroko tidak menyebut kegiatan tersebut dengan tahlil. Mereka mengistilahkannya dengan taqriyah.

Lebih lanjut, bacaan taqriyah, katanya tidak tentu seperti yang diterapkan dalam tahlil di Indonesia yang sudah runtut, dari Al-Ikhlash, Muawwidzatain, Al-Fatihah, awal surat Al-Baqarah, Ayat Kursi, hingga akhir Surat Al-Baqarah.

"Baca ayat-ayat terkait kematian, syair-syair kematian," jelasnya. "Intinya mendoakan orang yang telah meninggal," imbuhnya.

Alumnus Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo itu juga menjelaskan sejarah pendirian PCINU Maroko. "Berdirinya PCINU Maroko terlambat. Negara-negara lain lebih dulu, seperti Mesir, bahkan Australia," katanya.

Pria yang menamatkan studinya di Darul Hadits El Hassania itu menjelaskan pendirian PCINU Maroko bermula dari kunjungan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj yang diundang oleh Kerajaan Maroko untuk memberikan khutbah pada tahun 2010.

Lalu, PCINU berdiri resmi pada 17 September 2011 di Madrasah Imam Nafi, Tangier, Maroko. Ia menceritakan bahwa Mbah Maimoen hadir meresmikan PCINU Maroko saat kerawuhannya ke Maroko pada tahun tersebut.

Sementara itu, Ahmad Amir Firmansyah, pengurus Gerakan Pemuda Ansor Jember yang sedang melanjutkan studi doktoralnya di Maroko, menceritakan sejarah ulama Nusantara dan kewalian para kiai NU.

Hari lahir ketujuh PCINU Maroko ini diperingati serentak dengan doa bersama di tujuh kota di Maroko, yakni Tangier, Tetouan, Casablanca, Rabat, Marrakech, Fez, dan Uyun. (Syakir NF/Kendi Setiawan)