Internasional

Tradisi-tradisi Unik Perayaan Idul Fitri di Berbagai Negara

NU Online  ·  Senin, 3 Juni 2019 | 14:00 WIB

Jakarta, NU Online
Idul Fitri atau lebaran merupakan hari raya yang ditunggu-tunggu umat Islam di seluruh dunia, selain Idul Adha tentunya. Hari raya Idul Fitri menjadi menjadi hari kemenangan bagi umat Islam setelah sebulan penuh berpuasa Ramadhan. 

Umat Muslim di seluruh dunia memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyambut dan merayakan hari raya Idul Fitri. Umumnya, umat Muslim di berbagai negara memiliki tradisi yang unik untuk merayakan hari raya Idul Fitri. Di Indonesia sendiri, Idul Fitri dirayakan dengan banyak tradisi unik seperti mudik atau pulang kampung, takbir keliling pada malam hari raya, shalat idul fitri, sungkeman, silarutahmi ke saudara dan tetangga, dan lebaran ketupat.

Lantas, bagaimana tradisi-tradisi unik untuk menyambut dan merayakan hari raya Idul Fitri di berbagai belahan dunia sana? 

Negara-negara Arab

Umat Muslim –terutama anak-anak dan remaja- di beberapa negara Arab seperti Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, Oman, dan lainnya menyambut Idul Fitri dengan berbelanja baru baru. Sementara, laki-laki mencukur rambut dan jenggot. Perempuannya menghiasi tangan dan kakinya dengan henna. 

Malam Idul Fitri, mereka biasanya menikmati kembang api. Sebagian lain menyambut Idul Fitri dengan datang ke konser-konser yang diisi penyanyi-penyanyi ternama seperti Nancy Ajram, Hussein al-Jasmi, dan lainnya. 

Pada saat Shalat Idul Fitri, anak-anak di beberapa negara Arab biasanya membawa kantong yang berisi permen. Mereka kemudian membagi-bagikannya kepada para jamaah. Sama seperti di Indonesia, anak-anak di beberapa negara Arab juga mendapatkan hadiah (eidaya) atau uang dari sanak keluarga yang dewasa. Namun demikian, uang tersebut tidak akan bertahan lama karena mereka akan segera membelikan jajan di toko-toko terdekat.

Umat Muslim di negara-negara tersebut biasanya menyiapkan hidangan yang banyak. Mereka kemudian saling bertukar makanan dengan saudara atau kerabat yang datang ke rumahnya. Di samping itu, orang-orang kaya membeli bahan-bahan sembako untuk dibagikan kepada mereka yang kurang mampu.

Seperti dikutip Antaranews, dalam rangka merayakan Idul Fitri masyarakat Muslim di beberapa negara Arab juga menghiasi jalan-jalan dengan lampu yang berwarna-warni dan mementaskan tarian tentang cerita rakyat.

India, Bangladesh, Pakistan, Afghanistan, dan Sri Lanka

Muslimah di India dan beberapa negara sekitar memiliki tradisi Chand Raat (mewarnai tubuh) ketika bulan Ramadhan hendak berakhir. Ketika menjelang Idul Fitri, Muslimah India dan negara sekitarnya akan berbondong-bondong ke toko untuk membeli henna. Mereka kemudian menghias tangan dan kaki mereka ornamen yang unik.


Ilustrasi Muslimah India menghias tangan dengan henna saat Idul Fitri (raveaboutskin)

Selain itu, mereka juga banyak yang berbelanja baju dan keperluan lainnya untuk menyambut Idul Fitri. Juga membagi-bagikan dan saling bertukar manisan. Di India dan beberapa negate sekitarnya, perayaan hari raya Idul Fitri biasanya berlangsung selama satu pekan. 

Di Afghanistan, Idul Fitri disebut ‘Kochnai Akhtar’ dan berlangsung selama tiga hari. Masyarakat Muslim Afghanistan memiliki tradisi unik dalam merayakan Idul Fitri, yakni Tokhm-Jangi (adu telur). Dikutip dari laman sify.com, masing-masing keluarga akan membeli 200-300 telur. Telur-telur itu kemudian dimasak dan dicat dengan tujuh warna; merah, hijau, ungu, kuning, merah muda, hitam, dan putih. 

Pihak laki-laki warga dari berbagai kalangan dan usia akan berkumpul di suatu taman untuk berkompetisi. Jika seseorang berhasil memukul dan memecahkan telur yang dibawa lawan, maka ia dinyatakan menang. Begitupun sebaliknya.


Tradisi Tokhm-Jangi masyarakat Muslim Afghanistan (gooydaily)

Turki

Di Turki, Idul Fitri disebut Seker Bayrami (hari raya manisan). Di sana, Idul Fitri identik dengan bag-bagi manisan, permen atau coklat. Dalam tradisi ini, anak-anak yang berkunjung ke rumah-rumah saudara atau tetangga akan dibagi permen, coklat, ataupun baklava.

Mesir, Tunisia, dan Maroko

Masyarakat Muslim Mesir memiliki tradisi yang hampir sama dengan Muslim di negara-negara lainnya seperti berbelanja baju baru, bersilaturahmi ke sanak saudara dan tetangga, dan lainnya. Namun ada satu tradisi unik yang dimiliki masyarakat Muslim Mesir, yaitu mereka akan berkumpul di suatu tempat untuk memakan Ranja –makanan khas saat lebaran. Makanan ini terbuat dari ikan asin dan acar.

Tradisi makan bersama saat Idul Fitri ini merupakan cara masyarakat Muslim Mesir saling mengenal dan mempererat tali silaturahmi.

Hal yang sama juga terjadi di Tunisia. Di samping merayakan Idul Fitri dengan tradisi pada umumnya, masyarakat Muslim di sana memakan roti khas, yakni baklava dan kaak, ketika Idul Fitri tiba.

Masyarakat Muslim Maroko menyebut Idul Fitri dengan hari raya ashor (kecil). Sementara Idul Adha disebut hari raya kabir (besar). Oleh sebab itu, perayaan pada saat Idul Adha biasanya lebih meriah dibandingkan Idul Fitri. Hal yang sama juga terjadi di beberapa negara Arab. Meski demikian, perayaan Idul Fitri di sana juga tidak kalah meriah dengan umat Muslim yang ada negara-negara lainnya. 

Sama seperti Indonesia, Muslim Maroko juga memiliki tradisi mudik atau pulang kampung dan membeli baju baru menjelang Idul Fitri. Pihak laki-laki biasanya membeli pakaian tradisional Maroko, Djellaba (jubah panjang di sertai penutup kepala) lengkap dengan sandal tradisional. Sementara, perempuannya membeli Takchita atau Kaftan dan juga sandal tradisonal khas Maroko.

Untuk makanan khas saat Idul Fitri, Muslim Maroko memiliki sajian istimewa yaitu pie ayam. Masakan ini diberi topping almond dan dibumbui dengan air jeruk dan lemon sehingga rasanya begitu gurih dan sedikit asam. Selain itu, Maroko juga memiliki hidangan khas lainnya saat Idul Fitri, yaitu dajaj muhamar (ayam panggang yang disajikan dalam piring besar untuk dimakan bersama-sama), atai (teh khas Maroko), dan zamita.

China

Masyarakat Muslim yang berada di Provinsi Yunan, China memiliki tradisi berziarah ke makam Sayyid Ajjal al-Dinar Omar saat Idul Fitri. Sayyid Ajjal merupakan gubernur pertama Yunnan yang pertama kali menyebarkan Islam. Dia juga mengajarkan toleransi antar umat beragama.

Ketika berziarah, mereka membaca Al-Qur’an, mendoakan dan membersihkan makam Sayyid Ajjal agar tetap bersih.

Negara-negara Afrika

Masyarakat Muslim di Nigeria menyebut Idul Fitri dengan ‘Sallah Kecil.’ Di negera ini, Idul Fitri dirayakan selama dua hari. Sama seperti negara-negara lainnya, masyarakat Muslim di negara-negara Afrika juga merayakan Idul Fitri dengan Shalat Id, berkunjung ke rumah-rumah saudara dan tetangga. 

Sementara itu, Idul Fitri di Somalia terkenal dengan ‘jamuan mewahnya.’ Dikutip dari laman NDTV, Masyarakat Muslim setempat menyediakan halvo (permen tradisional) dan makanan penutup yang terbuat dari dari gula, minyak, tepung jagung, dan rempah-rempah. (Red: Muchlishon)