Jateng

Pentingnya Meneguhkan Iman sebelum Belajar Al-Qur’an menurut Rais 'Aam PBNU

Rab, 10 Agustus 2022 | 13:30 WIB

Pentingnya Meneguhkan Iman sebelum Belajar Al-Qur’an menurut Rais 'Aam PBNU

Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online/Syakir)

Wonosobo, NU Online Jateng
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menegaskan, mempelajari Al-Qur'an harus beriman terhadap kebenaran Al-Qur'an terlebih dahulu, bukan mempelajari Al-Qur'an sebelum beriman. 


"Kalau mempelajari Al-Qur'an sebelum iman, maka lisannya membaca namun hatinya kafir", tegasnya dalam Haflah Khatmil Qur'an ke-45 dan Haul Mbah Kiai Muntaha Al-Hafidz di  Pesantren Al-Asy'ariyah Kalibeber, Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, Senin (8/8/2022) malam.


Lebih lanjut Pengasuh Pesantren Miftahussunnah Surabaya itu menyampaikan, di tengah menipisnya pemahaman Islam, yang beredar adalah berita bohong. Di saat seperti itu Rasulullah Saw laporan kepada Allah SWT, kaumku telah meninggalkan Al-Qur'an dari segi pemahaman, tadabbur, Al-Qur'an.


"Al-Qur'an itu obat, bukan saja batin tapi juga fisik. Karena tahkim bil Qur'an, tadabbur bil Qur'an", terangnya.


Dikatakan, banyak para pujangga, para hukama, para ulama yang menuliskan ilmu, tidak pernah selesai, kecuali Rasulullah Saw. Karena itu haul ini sangat penting sebagai penguat keimanan para kaum mu'min.


"Para Nabi para Rasul telah diceritakan semuanya oleh Allah SWT kepadamu Muhammad untuk menciptakan kemantapan akan kebenaran. Akan terjadi fitnah, bagaikan malam yang gelap gulita. Apa solusinya? Kitabullah," tegasnya.


Karena itu, pihaknya bersyukur Alhamdulillah para khatimin khatimat telah mengkaji kitab suci Al-Qur'an, sehingga semua tugas-tugas dalam memakmurkan bumi Insyaallah dapat terlaksana.




Rais Aam PBNU KH miftachul Akhyar hadiri Harlah Khatmil Qur'an di Pesantren Al-Asy'ariyah Kalibeber, Wonosobo (Foto: Insan Al-Huda)


Sebelumnya Katib Aam PBNU KH Said Asrori menyampaikan, antara pesantren dan NU merupakan satu kesatuan. "NU adalah pesantren dalam bentuknya yang besar, karena di dalam NU tergabung pesantren-pesantren," ungkapnya.


Pengasuh Pesantren Al-Asy'ariyah KH Khaerullah Al-Mujtaba Al-Hafidz menjelaskan, Pesantren Al-Asy'ariyah berdiri tahun 1883. Sejak tahun 1988 dibentuk Yayasan Al-Asy'ariyah Kalibeber yang menyelenggarakan pendidikan sekolah takhasus Al-Qur'an, dan Universitas Sains Al-Qur'an (Unsiq) oleh Mbah Kiai Muntaha Al-Hafidz.


"Kami berpesan para santri, meneruskan dawuh mbah Kiai Muntaha, ngajio senajan mung sak ayat. Awak dinggo berjuang yo rusak ora dinggo berjuang yo rusak, gede cilik lan berlangsungnya pesantren itu tergantung alumninya. 


"Kami bertekad meningkatkan kualitas mewujudkan generasi Qur'ani," pungkasnya.


Nampak hadir para orang tua wali santri, Sekjen DPP PPP KH Arwani Thomafi, Ketua PWNU Jateng HM Muzamil, Rais PCNU Wonosobo KH Abdul Halim Al-Hafidz, jajaran Pemerintah Kabupaten Wonosobo, TNI/Polri, dan para alumni Pesantren Al-Asy'ariyah Kalibeber.


Pengirim: Insan Al-Huda