Nasional

10 Tata Krama Pencari Ilmu Menurut Hadratussyaikh

Sel, 13 Januari 2015 | 06:00 WIB

Klaten, NU Online
Menjadi seorang penuntut ilmu sejati, ternyata tidak semudah dalam teori. Dalam prosesnya memerlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain dalam hal tata krama.
<>
Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari menerangkan dalam kitab yang ditulisnya Adâbul ‘Alîm wal Muta’allîm fî Mâ Yahtaju Ilayh Al-Muta’allim fî Ahwâl Ta’lîmihi wa Mâ Yatawaqqafu ‘Alayhi Al-Mu’allîm fî Maqâmati Ta’lîmihi, bahwa seorang pencari ilmu mesti memenuhi beberapa tata krama.

“Menurut Hadratussyaikh, ada sepuluh tata krama yang harus dipenuhi oleh seorang penuntut ilmu,” terang Wakil Rais Syuriyah PCNU Klaten, KH. Drs. Muhammad Nawawi Syafi’i, pada acara kajian kitab Irsyadus Sari (kumpulan karya KH Hasyim Asy’ari) yang diadakan IPNU-IPPNU Klaten, Ahad (11/1).

Sepuluh tata krama tersebut di antaranya yakni membersihkan hati dari sifat-sifat kotoran hati, meluruskan niat dalam mencari ilmu untuk meraih ridlo Allah SWT dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

“Selain itu seorang pencari ilmu juga mesti menggunakan waktu sebaik mungkin untuk belajar dan tidak menunda, bersikap qana’ah dan sederhana, serta pandai membagi waktu,” jelas Pengasuh Pesantren Roudlotush Sholihin wa Sholihat Batur Ceper Klaten itu.

Dalam kitab itu juga dijelaskan, pencari ilmu hedaknya juga tidak memaksa untuk menguasai semua disiplin ilmu secara sekaligus; tidak boleh mencampuradukkan sesuatu cabang ilmu sebelum menguasai dan memahami dengan mahir cabang ilmu yang sebelumnya; pelajar perlu mengetahui hakikat ilmu; para pelajar perlu bersikap ikhlas; dan pelajar perlu mengetahui perkaitan ilmu yang dipelajari.

Kiai Nawawi menekankan pentingnya mengimplementasikan tata krama ini, terutama di zaman yang sudah memasuki krisis moral seperti sekarang ini.

Senada dengan Kiai Nawawi, Ketua PC IPNU Klaten Ahmad Saifuddin mengemukakan gagasannya, bahwa kitab Adâbul ‘Alîm wal Muta’allîm karya KH Hasyim Asy’ari ini patut untuk dimasukkan dalam kurikulum, terutama kurikulum pendidikan agama di sekolah umum.

“Terlebih lagi pada saat ini, Indonesia sedang membutuhkan formula khusus untuk membangun karakter seorang pelajar dan generasi muda,” ujar dia. (Ajie Najmuddin/Mahbib)