Rais Aam PBNU 1984-1991 KH Achmad Shiddiq, Rais Aam PBNU 1999-2010 KH MA Sahal Mahfudh, dan Ketua Umum PBNU 1984-1999 KH Abdurrahman Wahid (kiri ke kanan). (Foto: akun X @AlissaWahid)
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Dua Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) wafat di bulan Januari, yakni KH Achmad Shiddiq dan KH MA Sahal Mahfudz. Nama pertama wafat di tanggal 23 Januari pada 33 tahun lalu, sedangkan nama kedua wafat 10 tahun lalu, tepatnya pada tanggal 24 Januari.
1. KH Achmad Siddiq
Dikutip dari Ensiklopedia NU, Kiai Achmad Siddiq adalah putra dari pasangan KH Muhammad Siddiq dan Nyai Maryam. Sosoknya lahir sepekan sebelum pendirian organisasi yang kelak dipimpinnya, yaitu pada 24 Januari 1926 M atau bertepatan dengan 10 Rajab 1344 H di Talangsari, Jember, Jawa Timur.
Kiai Achmad Siddiq wafat di usianya menjelang 65 tahun, tepatnya pada 23 Januari 1991 setelah dirawat di Rumah Sakit Dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur.
Ia dimakamkan di Pemakaman Desa Mojo, Kediri, Jawa Timur. Hal itu dilakukan karena ia menerima tawaran yang diberikan KH Hamim Djazuli atau Gus Mik kepadanya agar dimakamkan di dekat kuburannya.
Kiai Achmad Siddiq memimpin PBNU di antara dua Kiai Ali. Ia terpilih menjadi Rais Aam PBNU melanjutkan kepemimpinan KH Ali Maksum dan dilanjutkan KH Ali Yafie.
Kiai pencetus trilogi ukhuwah (islamiyah, wathaniyah, dan basyariyah) itu terpilih pada Muktamar Ke-27 NU di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur pada tahun 1984. Ia terpilih kembali sebagai Rais Aam PBNU pada Muktamar Ke-28 NU di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta pada tahun 1989.
Keterpilihannya sebagai Rais Aam PBNU tentu karena sebelumnya telah memiliki sejumlah pengalaman penting, mulai dari tingkat daerah hingga nasional.
Intelektualitasnya juga tidak diragukan lagi mengingat sosoknya juga adalah salah satu kader dari KH Abdul Wahid Hasyim. Ia mondok di Pesantren Tebuireng bersama tokoh-tokoh NU lain, seperti KH Sullam Syamsun, KH Munasir Ali, dan KH Abdul Muchith Muzadi.
2. KH MA Sahal Mahfudh
KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh merupakan ulama kelahiran Kajen, Pati, Jawa Tengah pada 17 Desember 1937. Ia wafat dalam usia 77 tahun, pada 24 Januari 2014 pukul 01.05 WIB di kediamannya, kompleks Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen, Pati, Jawa Tengah. Almarhum dimakamkan di kompleks pemakaman Syekh Mutamakkin, Kajen, Pati, Jawa Tengah.
Kiai Sahal tiga kali terpilih sebagai Rais Aam PBNU melanjutkan kepemimpinan Ajengan KH Ilyas Ruhiat dan dilanjutkan KH Ahmad Mustofa Bisri. Tiga muktamar itu sebagai berikut.
- Muktamar Ke-30 NU di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur pada tahun 1999.
- Muktamar Ke-31 NU di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah pada tahun 2004.
- Muktamar Ke-32 NU di Makassar, Sulawesi Selatan tahun 2010.
Di dalam Ensiklopedia NU, dijelaskan bahwa Kiai Sahal memiliki segudang pengalaman dan kiprahnya sebelum diamanahi Rais Aam PBNU.
Di antaranya, Kiai Sahal memiliki sejumlah jabatan berikut.
- Kordinator Ma'arif NU Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, pada akhir 1960-an;
- Katib Syuriyah PCNU Pati pada periode 1967-1975;
- Ketua LP Ma'arif PCNU Kabupaten Pati;
- Wakil Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Pati (1975-1980);
- Katib Syuriyah PWNU Jawa Tengah (1980-1982);
- Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah (1982-1985) menggantikan posisi KH Ahmad Abdul Hamid Kendal;
Amanahnya itu dilatarbelakangi proses pendidikan yang panjang. Ia tidak mencukupkan diri belajar di kampungnya, tetapi berhijrah ke sejumlah pesantren dan mengaji ke banyak kiai.
Selepas menamatkan studinya di lingkungannya, Kiai Sahal mengembara untuk memperdalam pengetahuannya, mulai di Pondok Pesantren Bendo, Pare, Kediri, Jawa Timur; Pondok Pesantren Sarang, Rembang, Jawa Tengah; hingga di Makkah al-Mukarramah di bawah bimbingan Syekh Yasin al-Fadani.
Terpopuler
1
Ini Link Download Logo Hari Santri 2024
2
Arus Komunikasi di Indonesia Terdampak Badai Magnet Kuat yang Terjang Bumi
3
PBNU Nonaktifkan Pengurus di Semua Tingkatan yang Jadi Peserta Aktif Pilkada 2024
4
Pergunu: Literasi di Medsos Perlu Diimbangi Narasi Positif tentang Pesantren
5
Kopdarnas 7 AIS Nusantara Berdayakan Peran Santri di Era Digital
6
Menyoal Kampanye Debat Publik di Pilkada Calon Tunggal
Terkini
Lihat Semua