Jamaah Haji Indonesia sedang mendapatkan pemeriksaan kesehatan oleh petugas haji. (Foto: NU Online/Mahbib)
Mahbib Khoiron
Penulis
Makkah, NU Online
Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) yang diakses Rabu (14/6/2023) pukul 22.20 waktu Arab Saudi melaporkan, ada 62 jamaah haji Indonesia yang wafat di Arab Saudi. Sebagian masuk kategori jamaah dengan risiko tinggi (risti), sebagian tidak.
Menurut data Penyelenggara Kesehatan Haji di Arab Saudi 2023, di antara berbagai faktor kematian, ada tiga jenis penyakit yang paling banyak menyebabkan jamaah haji wafat, yakni infark miokard akut (19 kasus kematian), syok kardiogenik (14 kasus kematian), dan stroke (4 kasus kematian) dari total 62 kematian sampai dengan 14 Juni 2023.
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh sumbatan pada arteri koroner. Syok kardiogenik adalah suatu kondisi ketika jantung tidak dapat memompa darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh, kondisi ini sering kali dipicu oleh serangan jantung berat. Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak mengalami gangguan atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dr Edi Supriyatna menjelaskan cara menghindari infark miokard akut, syok kardiogenik, dan stroke. Menurutnya, ketiga penyakit tersebut dapat terjadi pada jamaah haji yang memiliki riwayat penyakit jantung serta penyakit stroke (komorbid).
"Jamaah haji yang memiliki komorbid penyakit jantung dan pernah menderita stroke, agar terhindar dari syok kardiogenik, infark miokard, serta stroke disarankan diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan haji yang ada di kloter, sektor, dan KKHI minimal tiga kali dalam seminggu," kata Edi kepada wartawan Media Center Haji di Makkah, Rabu (14/6/2023)
Edi menyarankan jamaah haji yang memiliki komorbid penyakit jantung dan pernah menderita stroke untuk meminum obat secara teratur sesuai anjuran dari dokter. Ia juga mengimbau jamaah untuk tidak melakukan aktivitas yang berlebihan, sehingga dapat menimbulkan kelelahan.
"Karena dengan kelelahan dapat menjadi pencetus terjadinya syok kardiogenik, infark miokard pada penyakit jantung, serta penyakit stroke," ujar Edi.
Sehubungan dengan itu, KKHI menyarankan kepada jamaah haji yang rentan terkena penyakit jantung untuk menjaga kesehatan menjelang puncak ibadah haji. Jamaah haji lansia yang berusia di atas 60 tahun agar tidak memaksakan diri melaksanakan shalat dan umrah di Masjidil Haram.
"Shalat lima waktu dapat dilakukan di mushala hotelnya, dan umrah sunnah memerlukan persiapan fisik dan merupakan aktivitas ibadah yang berat," jelas Edi.
Edi mengingatkan, aktivitas fisik yang berat dapat mengakibatkan kelelahan dan memicu kekambuhan dan komplikasi dari penyakit kronis. Seperti penyakit jantung dan stroke. Oleh karena itu, jamaah haji lansia atau memiliki riwayat penyakit kronis agar menahan diri dari aktivitas ibadah yang berat di luar ruangan, seperti umrah sunnah dan shalat di Masjidil Haram.
"Jamaah haji agar mematuhi arahan petugas dalam menjaga kesehatan sehingga dapat mengikuti prosesi puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina. Semoga menjadi haji yang mabrur dan sehat sampai kembali ke Tanah Air bersama keluarga," kata Edi.
Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid juga juga mengimbau kepada jamaah untuk banyak fokus pada kesiapan fisik menyambut puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
“Kondisi fisik yang prima menjadi bekal penting karena kita tidak lama lagi akan menyelenggarakan puncak haji. Dalam proses tersebut memeperlukann energi yang besar, kesiapan fisik yang luar biasa,” tuturnya.
Penyakit yang Terbanyak Dilayani
Hingga Rabu (14/6/2023), penyakit terbanyak mendapat pelayanan dari tim kesehatan kloter adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), yaitu sebanyak 22.858 kasus, disusul hipertensi (17.881 kasus), dan fatigue atau kelelahan (7.731 kasus).
Jumlah tersebut belum termasuk pelayanan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) yang terbanyak melayani penderita pneumonia atau peradangan akut paru-paru akibat infeksi (104 kasus), diabetes (78 kasus), dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau peradangan pada paru-paru yang berlangsung dalam jangka panjang (57 kasus).
Anggota Tim Medis Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah dr Faridah menjelaskan, menurunnya daya tahan tubuh menjadi faktor kuat terjadinya ISPA pada jamaah. Hal ini bisa timbul karena kelelahan dan diperberat oleh kondisi lingkungan Arab Saudi yang panas, kelembaban yang rendah, serta padatnya jamaah haji dari berbagai negara yang ada di Makkah.
"Penularan (ISPA) dipicu oleh menurunnya kesadaran jamaah haji untuk menggunakan masker sehingga jumlah penderitanya meningkat dengan pesat," kata Faridah.
Pewarta: Mahbib Khoiron
Editor: Syakir NF
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menerima dan Menghargai Hasil Pilkada Sebagai Musyawarah Besar Rakyat
2
Khutbah Jumat: Daerah Berkah dengan Karakter Memimpin Ala Rasulullah
3
Gus Hilmy dan NU Online Gelar Lomba Menulis Khutbah Jumat, Berikut Link Pendaftarannya
4
Kronologi Penembakan terhadap Guru Madin di Jepara Versi Korban
5
Penentuan Wilayah Hukum dalam Awal Bulan Hijriah Harus Bisa Dipertanggungjawabkan Secara Ilmiah
6
Prof Kamaruddin Amin Terpilih sebagai Ketua Umum PP ISNU 2024-2029
Terkini
Lihat Semua