Nasional

30 Santri Produksi Film Animasi

Sen, 13 Agustus 2012 | 09:35 WIB

Jombang, NU Online
Bermula dari seleksi yang dilakukan Kementerian Agama (Kemenag) RI Ditpdpontren ke pondok pesantren seluruh provinsi di Pulau Jawa. Diikuti oleh 400 santri dari 5 propinsi yang kemudian lolos 80 peserta. Mereka rata-rata masih berjenjang pendidikan S1 di samping ada yang baru lulus SLTA. Selanjutnya dipilih kembali dalam tahap advance sebanyak 30 peserta yang dididik di Cybermedia College, Kelapa Gading Jakarta.Ā <>

Selama 4 bulan belajar animasi, kami dibekali materi-materi yang sama sekali kami belum mengenalnya. Awalnya pesimis tidak bisa dan cemas karena harus siap kerja ekstra di depan layar monitor 8 jam/hari. Tetapi berkat kesabaran, ketekunan dan motivasi para dosen akhirnya kami betah bahkan ketagihan ingin terus mendalami dunia animasi.

Bedanya dengan pelatihan pertama di Jababeka Bekasi (Kompas, 13/10/11) disini kami dibekali beberapa aplikasi baru yaitu AutodeskMaya2012, Sony Vegas, Magepay, di samping juga memperdalam 3DsMax2012 dan Ligtwave. Selama pelatihan advance ini kami lebih sering diberi tontonan film animasi untuk memacu semangat.Ā 

Dua bulan terakhir kami masuk dalam jadwal produksi. Dibentuk 5 team work terdiri dari 6 personil yang semuanya dipercaya berkompeten dalam 6 bidang meliputi modelling character, properti, texturing, animating, rendering dan mixing. Dalam kerja tim kami berusaha keras untuk kompak dan saling membantu. Ketua diprioritaskan mampu mengatasi problem anggota tim yang dihadapi. Jika setelah didiskusikan besama masih belum mendapat jalan keluar maka tenaga supervisi yang merupakan dosen kami, sangat dibutuhkan.Ā 

Dalam membuat film animasi diperlukan story board. Ia laksana skenario yang memuat gambar tayangan setiap sence-nya. Meski berupa gambar-gambar sederhana yang terkadang tidak begitu jelas namun ia sangat mewakili. Kami pun demikian, film animasi Cheng Ho yang sedang kami garap berpedoman pada story bord. Terdiri dari 40 halaman dan setiap halamannya terdapat 6 kotak gambar.Ā 

Sedangkan untuk soundtrack dan backsound kami masih harus mengandalkan jasa internet dengan men-download free di situs-situs yang sudah banyak tersebar. Tak mungkin jika membuatnya sendiri karena memerlukan peralatan yang memadai dan para ahli. Berbeda dengan suara tokoh, kami ambil dari teman-teman sendiri yang suaranya dianggap sesuai dengan karakter tokoh animasi yang kami buat.Ā 

Mencetak Animator Indonesia

Syukur yang tak terkira pada 9 Maret lalu kami berhasil me-launching film animasi Cheng Ho berdurasi 20 Menit. Disaksikan oleh tim Kemenag RI, Direktur Avigra serta dosen Cybermedia College. Dalam sambutannya, Imam Syafii menuturkan turut berbangga bisa mendorong santri pesantren melek teknologi. Tak hanya itu, Bapak Ardian juga takjub karena hanya dalam waktu yang relatif singkat pelatihan ini sudah bisa menghasilkan film.Ā 

Film animasi yang berhasil kami buat berjudul ā€Cheng Ho Penebar Perdamaian di Nusantaraā€. Bisa dilihat trailer-nya di Ā http://www.youtube.com/watch?v=Bp4B2AaKhRc dan dalam versi full berdurasi 20:23 di http://www.youtube.com/watch?v=gTXU-ZeqtEs. Ā Memang belum sebagus yang diiginkan namun cukup memuaskan bagi kami. Pada 7 Agustus 2012 KompasTV memuatnya dalam acara Islam Nusantara pukul 04.00 dan 20.00 WIB.

Kami optimis jika pelatihan ini benar-benar akan diadakan kelanjutan pasti akan lebih membuahkan hasil yang lebih maksimal. Sejak awal pelatihan, Kemenag RI menjanjikan akan mengirim 10 orang dari pelatihan ini untuk dikirim ke China, namun entah belum ada kabar. Menurut hemat kami 10 orang sangatlah kurang, seharusnya semua 30 peserta. Mengingat kami semua adalah team work dan negeri ini butuh animator-animator muda. Jika setelah pelatihan dibiarkan tanpa ada kelanjutan, sungguh sangat disayangkan.

Kita tahu bahwa ada beberapa nama animator Indonesia yang sukses di luar negeri. Sebut saja seperti Aditya Prabaswara dan Marsya Chikita Fawzy sebagai tim dan compositor film Upin Ipin di Malaysia, dan Rini Sugianto, tim animator di film animasi karya Steven Spielberg, The Adventures of Tintin.Ā 

Ketika mereka ditanya tentang nasib animator di Indonesia, Aditya menjawab "Di sini (Indonesia) kurang ada dukungan dari pemerintah. Kebanyakan animator bergerak sendiri," kata Aditya seperti yang diliris kompas.com. Padahal, di Malaysia mereka difasilitasi berupa dukungan dana hingga kantor. Promosi film animasi juga didukung oleh berbagai pihak, terutama agar film animasi tersebut bisa dinikmati di negara lain.

Harapan kami semoga pemerintah bisa memberi perhatian lebih kepada dunia animasi ini sehingga lahirlah animator-animator muda yang mempu memproduksi film animasi. Ironis sekali jika dunia perfilman animasi di tanah air didominasi dari luar, iya bukan?Ā 


Redaktur Ā  : Mukafi Niam
Kontributor: Fathurrahman Karyadi