Nasional

4 Langkah Perangi Konten LGBT Pada Anak ala Ning Ita Fajria Tamim

Jum, 25 Agustus 2023 | 09:00 WIB

4 Langkah Perangi Konten LGBT Pada Anak ala Ning Ita Fajria Tamim

Ilustrasi anak-anak sedang belajar. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online 
Keberadaan konten Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dalam media bebas kembali menghebohkan publik lewat tayangan anak-anak di kanal Youtube Kids. Tayangan tersebut diduga menyisipkan paham LGBT lantaran ada kutipan lirik berbunyi, “tapi papa dan ayahku siap membantu,”. Dengan artian ia diduga memiliki dua orang tua berjenis kelamin laki-laki.


Merespons hal itu, Dokter sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Nazhatut Thullab, Sampang, Jawa Timur, dr Ita Fajria Tamim menyebutkan bahwa tayangan di media, khususnya film, memiliki potensi besar untuk memengaruhi tindakan, perilaku dan gaya hidup penontonnya. Pengaruh tersebut akan lebih bertahan lama bila menyasar anak-anak.


“Ideologi apa pun itu, LGBT atau lainnya pasti mengharapkan pendukung lebih banyak untuk meyakini budaya itu, film jadi salah satu medium," kata Ning Ita, sapaannya, kepada NU Online, Jumat (25/8/2023). 


Untuk mencegah hal itu terjadi, Ning Ita, membagikan empat langkah memerangi konten LGBT pada tontonan anak, sebagai berikut: 

  1. Memberikan pendidikan seks pada anak

Menurutnya, dengan melakukan pendidikan seksual kepada anak-anak, mereka akan dapat memahami perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan LGBT. Orang tua bisa mulai membangun komunikasi yang mudah dimengerti tentang nilai-nilai fitrah seksual, sehingga nilai-nilai tersebut tertanam dan terinternalisasi sejak dini.  


“Mengenalkan fitrah seksual ketika mereka sudah  mengerti dan bisa merespons, biasanya di usia 2-3 tahun. Orang tua harus memulai mengenalkan bahwa fitrahnya laki-laki diciptakan untuk perempuan. Contohnya: ayah sama ibu, kakek dan nenek, om dan tante. Semua diciptakan berpasang-pasangan dengan jenis kelamin yang berbeda-beda karena fitrahnya seperti itu,” beber Ning Ita. 


“Sebaliknya, kita perlu mempertegas kalau ternyata ada orang yang suka dengan sejenisnya itu berarti menyalahi fitrah dan itu tidak diperbolehkan,” sambung dia. 

  1. Selalu menemani anak dan menonton bersama-sama

Ia menyebut bahwa keberadaan media sosial saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, tak terkecuali anak-anak. Kemudahan akses informasi dan pengetahuan di media sosial menjadi sarana yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari. 


Untuk itu kontrol atau pengawasan orang tua terhadap tontonan anak-anak perlu ditingkatkan. Pasalnya, beberapa tayangan anak, memang bersifat mendidik. Namun, ada juga yang tidak mendidik alias menyimpang. 


“Itu paling tidak ikhtiar yang bisa kita lakukan. Karena melepas 100 persen anak untuk tidak memegang gawai/menggunakan media sosial itu tidak mungkin di zaman sekarang,” ucap penulis buku Sekosong Jiwa Kadaver itu. 

  1. Pengawasan dari pihak eksternal

Tak hanya kepada orang tua, ia juga meminta kepada pihak-pihak pemangku kebijakan, dalam hal ini pemerintah untuk lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai konten menyimpang yang menyasar anak-anak di media publik.


“Karena pemerintah ini kan pemegang kebijakan kalau pemerintah berkenan untuk membuat kebijakan misalnya untuk mengurangi akses masuk paham-paham LGBT itu maka dampaknya tentu akan lebih luas. Jadi, harapannya pemerintah bisa secepatnya bertindak melawan ini,” katanya. 

  1. Berdoa

Selain upaya lahiriah sebagaimana yang disebutkan di atas, ia menyebut berdoa sebagai ikhtiar batin juga perlu dilakukan. "Berikutnya adalah perbanyak berdoa kepada Allah swt agar anak kita senantiasa dilindungi dari paham-paham yang menyimpang,” tandas dokter yang fokus di bidang pengembangan diri dan kesehatan mental itu.