Nasional HAJI 2023

8 Pandangan Penamaan Hari Arafah menurut Imam Ar-Razi

Ahad, 25 Juni 2023 | 12:00 WIB

8 Pandangan Penamaan Hari Arafah menurut Imam Ar-Razi

Ilustrasi jamaah haji 2023. (Foto: Dok MCH)

Jakarta, NU Online
Umat Islam Indonesia sudah memasuki bulan Dzulhijjah 1444 H. Bulan terakhir tahun Hijriah ini terbilang istimewa. Bukan saja karena termasuk di antara asyhurul hurum (bulan mulia), tetapi juga di dalamnya terdapat hari-hari istimewa.


Di antara hari istimewa itu adalah hari Arafah, yaitu hari kesembilan di bulan Dzulhijah. Di hari ini, jamaah haji melaksanakan wukuf di Padang Arafah, sedangkan umat Islam yang tidak berhaji disunnahkan berpuasa.


Ada banyak pandangan ulama mengenai alasan di balik penamaan hari tersebut dengan Arafah. Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam kitabnya berjudul Mafatihul Ghaib menguraikan delapan pandangan mengenai penamaan tersebut. 


Hal ini sebagaimana dikutip dari Sunnatullah dalam Penamaan Hari Tarwiyah, Arafah, dan Keutamaannya pada Ahad (25/6/2023).


1. Pertemuan Nabi Adam dan Sayyidah Hawa
Dijelaskan, bahwa hari itu merupakan momentum dipertemukannya dua pasangan suami istri yang sudah bersama dalam surga kemudian diusir ke dunia, dan akhirnya oleh Allah pada hari itu dipertemukan di Arafah, Makkah, yaitu pertemuan Nabi Adam as dengan Sayyidah Hawa. Dengan pertemuan itu, keduanya menjadi tahu (arafa) antara satu dengan lainnya.


2. Nabi Adam mengetahui cara haji
Di hari yang sama, Malaikat Jibril mengajarkan tatacara melakukan ibadah haji pada Nabi Adam as. Ketika sampai di tanah Arafah, Jibril berkata kepadanya, “Apakah engaku sudah tahu?” Nabi Adam as menjawab, “Iya, tahu.”  Dari situ, hari tersebut dikenal dengan hari Arafah (tahu).


3. Nabi Ibrahim mengetahui kebenaran mimpinya
Di hari kesembilan Dzulhijjah ini, Nabi Ibrahim as mengetahui (Arafah) kebenaran mimpi menyembelih putranya Ismail, yang ia alami dan membingungkan itu.


4. Nabi Ibrahim mengetahui cara haji
Pada hari itu, Malaikat Jibril mengajarkan tentang tata cara melaksanakan ibadah haji kepada Nabi Ibrahim as, dan membawanya menuju Arafah. Sesampainya di sana, Jibril bertanya, “Apakah engkau tahu tentang cara thawaf dan di mana tawaf dilakukan?” Nabi Adam as menjawab, “Iya, tahu.”


5. Nabi Ibrahim menemui Siti Hajar dan Nabi Ismail
Nabi Ibrahim as pergi menuju Syam dan meninggalkan anaknya Nabi Ismail as dan Istrinya Sayyidah Hajar di Makkah. Mereka tidak pernah bertemu selama beberapa tahun. Kemudian oleh Allah mereka dipertemukan tepat pada hari Arafah.


6. Nabi Ibrahim mimpi menyembelih putranya
Hari itu diberi nama Arafah karena adanya peristiwa mimpi Nabi Ibrahim as untuk Menyembelih putranya Nabi Ismail as, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.


7. Orang Haji menamai Arafah
Ada juga pandangan yang menyebut bahwa pada hari itu orang-orang yang sedang melakukan ibadah haji menamainya dengan kata Arafah ketika berhenti di tanah Arafah.


8. Orang haji diberitahu dapat ampunan dan rahmat
Karena pada hari itu Allah memberitahukan (yata’arrafu) dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah haji dengan ampunan (maghfirah) dan rahmat.


Selain pandangan di atas, ada juga yang mengatakan Arafah diambil dari kata i’tiraf (pengetahuan). Hal ini mengingat pada hari Arafah, umat Islam mengetahui dan membenarkan al-Haqq (Allah) sebagai satu-satunya Dzat yang harus disembah, Allah merupakan Dzat Yang Agung.


Di samping itu, ada juga ulama yang berpendapat bahwa Arafah diambil dari kata ‘arafa yang mempunyai makna bau yang harum. Hal ini berarti, dengan melaksanakan ibadah haji di Arafah, menunjukkan bahwa orang ingin bertobat kepada-Nya, melepas semua kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan, dan menghindar dari perbuatan dosa.


Hal ini sejalan dengan firman Allah swt dalam Surat Al-Qur'an surat Muhammad ayat 6, “Dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka.”


Dijelaskan Ar-Razi, bahwa ayat di atas berarti orang-orang yang berdosa ketika bertobat di tanah Arafah, sungguh mereka telah terlepas dari kotoran-kotoran dosa, dan berusaha dengan (ibadah)-nya di sisi Allah  sehingga akan menjadi jiwa yang harum (terbebas dari dosa dan kesalahan).


Sebagaimana diketahui, hari Arafah, 9 Dzulhijjah 1444 H akan jatuh pada Rabu, 28 Juni 2023 M.


Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori