Nasional

Agar Tidak Menjadi Sumbu Pendek, Lakukanlah Dua Perjalanan Ini

Sen, 27 Mei 2019 | 11:18 WIB

Jakarta, NU Online 
Hidup seseorang di muka bumi harus terus melakukan perjalanan. Tidak hanya bisa berada di satu tempat saja. Tujuannya agar memperluas wawasan pengetahuan. Hal itu merupakan perintah Allah yang banyak tertuang di dalam Al-Quran.

Demikian diungkapkan Pengasuh Pesantren Motivasi Indonesia (PMI), Burangkeng, Setu, Bekasi, KH Nurul Huda Haem dalam Halaqoh Ulama Jakarta di Aula Serbaguna Masjid Jami’ Shodri Asshiddiq, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, pada Ahad (26/5).

Menurutnya, terdapat dua perjalanan yang harus dilakoni oleh seorang manusia di muka bumi. Yakni perjalanan secara jasadi dan fikri.

“Perjalanan secara jasadi membutuhkan tubuh untuk bergerak. Tetapi kalau belum sempat berjalan secara jasadi, lakukanlah perjalanan secara fikri. Hal ini agar kita tidak menjadi sumbu pendek yang mudah terbakar oleh api amarah,” kata Ayah Enha, demikian ia akrab disapa oleh para santrinya.

Akibat dari seseorang yang tidak melakukan perjalanan secara jasadi dan fikri adalah maraknya fenomena Muslim kagetan. Yakni seseorang yang sama sekali belum pernah keluar, untuk memperluas pengalaman dan wawasan pengetahuan. Sehingga terkerangkeng oleh pemikiran sempit yang dapat membunuhnya.

Tak hanya itu, Kiai Enha juga menjelaskan tentang persamaan pemikiran tentang kebangsaan antara ulama Betawi dengan para ulama lainnya.

“KH Zainuddin Abdul Majid atau Tuan Guru Zainuddin Pancor, Nusa Tenggara Barat disatukan oleh satu gagasan yang sama mengenai kebangsaan dengan Guru Hasbiyallah dari Klender,” katanya.

Menurut analisa Kiai Enha, barangkali gagasan cinta tanah air dilahirkan dari pertemuan gagasan tersebut. Di NTB, Tuan Guru Zainuddin Pancor mendirikan organisasi bernama Nahdlatul Wathan. Sementara Guru Hasbiyallah Klender mendirikan perguruan yakni Al-Wathoniyah di Klender, Jakarta Timur.

“Itulah sesungguhnya pengejawantahan dari hubbul wathan minal iman yang sudah sejak dulu dilakukan oleh ulama Nusantara untuk memupuk rasa cinta tanah air kepada masyarakat di lingkungannya masing-masing,” pungkas Kiai Enha.

Pada kesempatan tersebut, hadir Pengasuh Pondok Pesantren Al-Wathoniyah As-Shodriyah KH Ahmad Shodri, Pengurus MUI Jakarta Timur dan MUI se-Jakarta Timur, Pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) DKI Jakarta, Muballigh Indonesia Bertauhid (MIB), Masyarakat Cinta Masjid (MCM), Aswaja Centre DKI Jakarta, Ikatan Pesantren Indonesia (IPI), dan Pimpinan Pondok Pesantren se-DKI Jakarta.

Selain itu, hadir pula para narasumber yang membahas tentang Islam Nusantara. Yakni Penulis Buku Islam Nusantara Gurutta KH Ahmad Baso, Gus Rijal Mumazziq, serta Sekjend IPI KH Abdul Fattah yang berbicara tentang pemberdayaan ekonomi umat berbasis pesantren. (Aru Elgete/Abdullah Alawi)