Jakarta, NU Online
Akademisi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta A Bakir Ihsan menilai, pertemuan antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Muhammadiyah sangat strategis untuk menyikapi persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan.
"Pertemuan kedua organisasi sipil yang mempunyai basis massa sangat besar ini saya kira bagus dan sangat strategis untuk membicarakan persoalan-persoalan masyarakat, kebangsaan, termasuk yang peristiwa pembakaran bendera yang menggelinding agar isu itu tidak dieksploitasi oleh kelompok kepentingan," kata Ihsan kepada NU Online melalui sambungan telepon, Kamis (1/11).
Menurutnya, jika kedua ormas ini sering bertemu dan menunjukkan kekompakkannya, akan memberikan dampak positif kepada masyarakat. Sebab, masyarakat seperti kehilangan rujukan dalam mengambil sikap kebangsaan.Â
Apalagi, sambungnya, keberadaan teknologi informasi yang terbuka dan tidak bisa dibendung, sehingga jika masyarakat tidak selektif dalam mengambil informasi, bisa mengancam kebinekaan dan kebersamaan sebuah negara bangsa yang bernama Indonesia.
"Kalau masyarakat di bawah melihat kedua organisasi ini bisa kompak, bersama, paling tidak minimal saling berkunjung, membicarakan banyak hal tentang persoalan bangsa, itu pasti akan memberikan persepsi positif bagi masyarakat," ucapnya.
Selain itu, jalinan silaturrahim dan komunikasi antara keduanya juga strategis di alam demokrasi di mana partai politik yang menjadi pilar pentingnya, belum mampu memberikan keteladanan kepada masyarakat terkait persoalan kebangsaan. Baginya, Partai Politik masih mementingkan kelompoknya.
"Partai politik harusnya menjadi pilar penting, tapi sampai hari ini partai politik belum bisa memberikan keteladan bagaimana persoalan kebangsaan ini dibangun. Partai kita masih bicara tentang kelompoknya, istilahnya minna minkumnya masih kuat. Karena itu di tengah partai politik yang belum maksimal, maka keberadaan sivil society seperti NU dan Muhammadiyah sangat penting," jelasnya.
Namun demikian, ia berharap, jalinan komunikasi juga perlu dilakukan dengan melibatkan ormas Islam lain yang mempunyai visi sama untuk memajukan Indonesia. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)