Nasional LSN 2017

Akhlakul Karimah Pesantren untuk Sepak Bola Nasional

Sen, 30 Oktober 2017 | 20:03 WIB

Bandung, NU Online 
Direktur Kompetisi dan Pertandingan LIga Santri Nusantara (LSN) M. Kusnaeni mengatakan, adanya liga santri didasari karena adanya sikap-sikap pemain sepak bola yang tidak berwatak baik di lapangan. Misalnya tidak menghormati keputusan wasit dan tidak sportif kepada lawan. 

Karena itu, LSN berupaya menjaring talenta sepak bola dari kalanga santri yang sejak awal ditekankan tentang sikap akhlakul karimah kepada guru, kepada sesama santri baik yang lebih tua maupun lebih muda. Juga kepada masyarakat umum dan kepada orang tua.  

“Wasit tidak diperlakukan secara horamt. Itu persoalan. Santri bisa menunjukkan perilaku yang akhlakul karimah di lapangan, perilaku yang menujukkan sikap-sikap positif, menghormati wasit, lawan di lapangan,” kata pria yang disapa Bung Kus ini di Gelora Bandung Lautan Api, kota Bandung, Ahad (29/10) 

Liga Santri Nusantara, kata dia, berusaha keras mempertahankan dan membawa akhlakul karimah santri  ke lapangan. Sikap-sikap itu misalnya, kalau pemain membuat pelanggaran, ia harus membantu lawannya bangkit lagi. Kalau pemain terkena kartu kuning, harus menghormati keputusan, mencium tangan wasit, apalagi kartu merah. Wasit dalam hal ini seperti kiai, harus dihormati. 

“Itu ditekankan kepada pemain, untuk menanamkan sejak awal sikap sportif kepada meraka,” lanjutnya.  

Para pemain Liga Santri Nusantara masih remaja. Kalau mereka terus berlatih, tiga atau empat tahun lagi menjadi pemain nasional. 

“Boleh jadi di antara anak-anak ini ada yang main di Liga Satu, Liga Dua, Liga Tiga. Dari sini ditanamkan hal-hal positif. Mereka diharapkan bisa menularkan ke lingkungannya. Harapannya, istilah Pak Menteri (Menteri Olahraga Imam Nahrawi), menebarkan virus positif sepak bola yang berakhlakul karimah. Itu folosofinya,” jelasnya. (Abdullah Alawi)