Nasional

Alasan dan Cara Syukuri Bahasa Indonesia menurut Ahmad Tohari

Ahad, 28 Oktober 2018 | 20:00 WIB

Alasan dan Cara Syukuri Bahasa Indonesia menurut Ahmad Tohari

Ahmad Tohari pada salah satu kegiatan di PBNU

Jakarta, NU Online
Para pemuda Indonesia, 90 tahun silam, berikrar untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan, yakni bahasa Indonesia. Namun, bangsa saat ini seakan pesimis dengan bahasa yang digagas oleh penggerak kemerdekaan itu.

Pesimistis itu muncul dalam tema Kongres Bahasa Indonesia (KBI) XI, Menjayakan Bahasa Indonesia. Ahmad Tohari melihatnya demikian mengingat frasa itu mengarah ke arti bahwa bahasa Indonesia saat ini kurang berjaya.

Sastrawan asal Banyumas itu menegaskan bahwa dirinya tidak suka dengan sifat demikian. Karenanya, ia mengajak para peserta untuk mensyukuri kehadiran anak dari Kongres Pemuda II yang digelar di Jakarta itu.

"Mari kita mensyukuri (bahasa Indonesia)," katanya saat mengisi Gelar Wicara I pada KBI XI di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Ahad (28/10).

Setidaknya, dalam pandangan Tohari, ada dua alasan bahasa Indonesia harus disyukuri kehadirannya. Pertama, bahasa Indonesia telah mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai bahasa. Kedua, bahasa Indonesia telah mengajarkan sesuatu kebudayaan baru yang lebih mendukung demokrasi.

Ajakan syukur Tohari ini berdasar pada fakta-fakta di lapangan yang menunjukkan minimnya penggunaan bahasa Indonesia seiring dengan melonjaknya penggunaan bahasa asing. Pria kelahiran 70 tahun yang lalu itu menceritakan bahwa di desa-desa, beberapa bangunan sekolah menulis "Welcome" pada gerbangnya, bukan "Selamat Datang".

Ia pun bercerita bahwa dirinya sangat terganggu dengan istilah Full Day School. "Mana kebanggaanmu (terhadap bahasa Indonesia)? Mana syukurmu?" Tanyanya tanpa membutuhkan jawaban kecuali perubahan lakunya guna menunjukkan kebanggaan terhadap diri sendiri.

Sebab, menurutnya, bangga terhadap apa yang dimiliki diri sendiri merupakan bagian dari syukur. "Jika tidak menerima sepenuhnya diri kita termasuk dalam kebahasaan itu tidak sehat," katanya.

Gelar Wicara yang dipandu oleh Gufran Ali Ibrahim ini juga menghadirkan Sutan Adil Hendra, Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat. (Syakir NF/Abdullah Alawi)