Nasional

Alasan Penting Mempelajari Pendidikan Kaum Sufi

Sel, 15 November 2022 | 09:00 WIB

Alasan Penting Mempelajari Pendidikan Kaum Sufi

Kegiatan Internasional Conference On Research And Community Services (ICORCS) Ke-2 bertajuk 'Pendidikan Ruh untuk Memperbaiki Kondisi Sosial, di Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto, Jawa Timur, Senin (14/11/2022). (Foto: Syarif Abdurrahman)

Mojokerto, NU Online

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak menjelaskan pentingnya memahami nilai-nilai moral dan pendidikan kaum sufi dengan mempelajari ilmu ruh dan kecerdasan spiritual.


Pesan ini disampaikannya saat acara Internasional Conference On Research And Community Services (ICORCS) Ke-2 bertajuk 'Pendidikan Ruh untuk Memperbaiki Kondisi Sosial yang diadakan di Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto, Jawa Timur, Senin (14/11/2022).


"Mempelajari ilmu ruh seperti ini merupakan hal penting untuk menjawab persoalan masyarakat berkaitan dengan kriminalitas dan sosial yang menimbulkan efek negatif. Kita bisa mengatasinya dengan pendekatan spiritual," jelasnya.


Emil mengatakan, kekuatan ruh spritualitas, membuat kesadaran masyarakat diwujudkan pada tindakan nyata. Hal ini menentukan pengembangan di masa yang akan datang, bahwa untuk mengaktifkan kondisi sosial kita harus menghargai terhadap sesama.


"Dengan mengundang pembicara yang merupakan ulama besar internasional bisa menjadi wadah yang sangat baik untuk memperdalam kaidah ilmu Sufi tersebut," kata Emil Dardak.


Dikatakan, dengan mempelajari kehidupan para sufi maka akan menimbulkan kepekaan ruh, batin dan pikiran. Dengan kepekaan tersebut, seseorang akan tahu tanggungjawabnya dan tidak melakukan kerusakan di muka bumi karena merasa selalu diawasi oleh Tuhan. 

 

Selain itu, dalam setiap pekerjaan yang dilakukan juga dinilai sebagai lahan beribadah kepada Tuhan yang Maha Kuasa, sehingga sangat hati-hati dan peduli halal haram.


Hal itu menimbulkan kesadaran individu, bahwa ukuran kemajuan dalam agama Islam ditinjau melalui aturan kehidupan yang sudah ditentukan dan dibentuk melalui nilai-nilai moral, kebaikan, kebajikan. Namun, hak-hak individu tidak boleh merusak tatanan masyarakat.

 

"Pola pikir itu akan berpacu pada hati nya pendidikan ruh terletak pada tubuhnya baik, maka semuanya akan baik dengan hal itu semuanya akan mempunyai pikiran positif dan intelejen," ujarnya. 


Sementara itu, Ketua yayasan Amanatul Ummah dan Institut Pesantren KH Abdul Chalim Dr Muhammad Albarra (Gus Barra) mengatakan dengan mendalami lelakon hidupnya para sufi maka akan melahirkan kepribadian seseorang yang berakhlak mulia.


Menurutnya, masalah saat ini adalah banyak prilaku yang menyimpan yang tidak sesuai dengan tuntutan ajaran agama dan ajaran Nabi Muhammad saw.


Hal itulah yang juga mendorong Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut KHAC, menggelar Konferensi Internasional Ke-2 mengenai pendidikan ruh sesuai nilai dan moral.


Konferensi ini mengundang 11 tokoh ulama besar dan cendekiawan Muslim internasional dari sejumlah negara seperti Maroko, Mesir, Sudan, dan Syiria. Mereka adalah pembicara bidang sufi, tafsir, tasawuf, ilmu pengetahuan Islam dan pendidikan Islam.


Di antara para pembicara adalah Syaikh Ahmad Siddiq (Sudan), Dr Fathi Abdurrahman Hijazi (Al-Azhar), Syaikh Muhammad Ahamad Khotib (Syiria), Syaikh Hassan Al Haj (Sudan), dan Syaikh Dr Muhammad Chosy (Maroko).


"Seminar internasional ini membahas tentang pendidikan ruh untuk memperbaiki kehidupan sosial agar terhindar dari akhlak tercela atau tidak baik untuk umat muslim. Problem masalah saat ini adalah akhlak," ungkap Gus Barra.


Menurutnya, forum ini memancing intelektual muslim dan santri untuk merenungkan kembali tentang nilai-nilai moral dan pendidikan sufi; mendiskusikan upaya transformatif terbaik untuk mengatasi setiap tingkah laku umat manusia yang buruk yang tidak sesuai norma norma agama.


"Dengan mendatangkan pembicara dari ulama besar, diharapkan mendapat pencerahan ilmu kerohanian agama Islam, keilmuan untuk menata akhlak manusia," tandas Gus Barra.

 

Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Kendi Setiawan