Nasional

Alasan Peradaban Indonesia Bisa Dikatakan Lebih Maju Ketimbang Negara Lain

NU Online  ·  Ahad, 27 Agustus 2017 | 04:46 WIB

Alasan Peradaban Indonesia Bisa Dikatakan Lebih Maju Ketimbang Negara Lain

Yudi Latif (foto: Ahmad Labieb).

Bogor, NU Online
Peradaban lahir dari prinsip agung sebuah bangsa yang disepakati bersama berdasarkan identitas kebangsaannya. Dalam kontek Indonesia, negara majemuk ini telah diperkuat oleh konsensus bernama Pancasila sebagai titik pijak dalam kehidupan beragama, berbangsa, bernegara, dam sosial-masyarakat.

Prinsip ketuhanan yang tetap teguh menjadi landasan utama setiap bangsa menjadikan peradaban Indonesia tetap bertahan, bahkan maju dari sisi keserasian budaya sehingga mewujudkan perdamaian dan harmoni.

Hal itu mengemuka ketika Kepala Unit Kerja Presiden (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP), Yudi Latif memberikan materi dalam seminar nasional sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Program Pengenalan Studi dan Almamater (Propesa) Universitas Nahdlatul Ulama UNU Indonesia (Unusia), Sabtu (26/8) di Kampus Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Penulis buku Mata Air Keteladanan: Pancasila dalam Perbuatan ini mengutip seorang Sejarawan asal Inggris Arnold Toynbee yang mengemukakan Teori Lapisan Peradaban. Dia mengurai bahwa lapisan terluar dari peradaban adalah Ilmu dan Teknologi, ke dalam lagi ada Etika, dan lebih dalam lagi adalah Agama atau Spiritualitas.

“Visi agama atau spiritualitas yang dijadikan pondasi kuat dalam hidup berbangsa menjadikan Indonesia merupakan negara dengan peradaban maju ketimbang negara lain,” terang pria yang juga kerap disapa Kang Yudi ini di hadapan sekitar 437 mahasiswa Unusia peserta Propesa.

Visi keagamaan, menurutnya, merupakan titik di mana peradaban Indonesia tidak akan punah di tengah perkembangan zaman karena agama bisa saling memperkuat dengan budaya. Hal ini terbukti atas beragamnya tradisi dan budaya masyarakat Indonesia mulai dari pakaian adat, lagu daerah, bahasa, suku, makanan khas tradisional, dan lain sebagainya. 

Yudi Latif mencontohkan ketika Inggris menjadi pemenang dalam Perang Dunia Kedua. Namun justru ketika ditunggangi oleh NICA (Belanda) untuk kembali melakukan agresi di Indonesia, tapi usaha mereka mental.

Hal itu, menurutnya, tidak lepas dari perjuangan spiritual yang selama dilakukan oleh para ulama Nusantara bekerja sama dengan para tokoh nasionalis. 

“Sekali lagi visi keagamaan sebagai inti dari lapisan peradaban yang harus terus dijaga,” jelas Doktor lulusan Australian National University (ANU) ini.

Selain Yudi Latif, hadir di Seminar Nasional dalam rangka Propesa Unusia ini, Rektor Unusia Prof M. Maksum Mahfoedz, Wakil Rektor III Unusia KH M. Mujib Qulyubi, Guru Besar Sosiologi Unair Prof Musta’in Mashud, dan Ketua Umum DPP PKB A. Muhaimin Iskandar. (Fathoni)