Nasional HARI SANTRI 2019

Apel Hari Santri 2019 Dibarengi Peresmian Gedung Baru Unusia di Bogor

Sel, 22 Oktober 2019 | 05:24 WIB

Apel Hari Santri 2019 Dibarengi Peresmian Gedung Baru Unusia di Bogor

Apel Hari Santri 2019 oleh PBNU sekaligus peresmian gedung baru Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) di Kecamatan Kemang, Kabupaten, Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/10). (Foto: Junaidi Mahbub)

Bogor, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Apel Hari Santri 2019 di kampus Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta Kampus B Jalan Parung Hijau Pondasi Udik, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Selasa (22/10). Hari Santri 2019 mengusung tema Santri Unggul Indonesia Makmur.

Pada apel tersebut, yang bertindak sebagai instruktur upacara ialah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, pembina upacara Wakil Ketua Umum PBNU yang juga Rektor Unusia Bogor Mochammad Maksum Mahfoedz, dan pembacaan doa dibacakan oleh Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengungkapkan peran santri dan pesantren dalam mencerdaskan bangsa Indonesia. Menurut Kiai Said, keberadaan pesantren jauh lebih dahulu dibandingkan lembaga pendidikan lainnya.
 
Langkah yang diambil pesantren dalam berdakwah dengan cara menghormati kebudayaan setempat, pergaulan yang baik, dan bukan sebaliknya dengan kekerasan, sehingga Islam Nusantara dapat tersebar secara luas.

"Jadi pesantren berjasa mencerdaskan bangsa Indoensia jauh sebelum berdirinya lembaga pendidikan yang lain. Ini diakuai oleh Pendiri Budi Utomo, Sutomo," kata Kiai Said.

Selain itu, santri juga memiliki peran yang besar dalam merebut kemerdekaan dan mempertahankannya dari penajajah. Sebagai risikonya, kata Kiai Said, tidak sedikit santri dan kiai yang terluka, bahkan meninggal dunia.
 
Nama-nama besar seperti Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, KH Mahfudz Siddiq, dan KH Zainal Musthafa di antara deretan nama yang menjadi korban kekerasan penjajah.

"Intinya banyak sekali kiai, santri yang nenjadi korban,"

Sementara dalam menjaga kehidupaan berbangsa dan bernegara, sambungnya, NU menetapkan bahwa Indonesia bukan negara agama atau suku, melainkan negara damai. Indonesia berdiri di atas konstitusi yang disepakati bersama sehingga semua warga bangsaa dapat hidup bersama dan damai.

"Negara yang damai, yang berdiri di atas konstitusi, kebersamaan, keadilan, bukan konstitusi agama, bukan konstitusi suku," katanya.

Seusai upacara, NU Care-Lazisnu melalui PBNU meluncurkan program 1000 beasiswa bagi santri untuk kuliah ke Universitas Hassan II Casablanca, Maroko, Universitas Ez-Zitounah, Tunisia, Universitas Al-Azhar Mesir, dan Unusia Jakarta, Pesantren Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan, dan Pesantren An-Nahslah, Depok.
 
Penyerahan dilakukan secara simbolis. Selain itu, LAZISNU meluncurkan Mobil Dahar. Mobil ini nantinya digunakan oleh Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBINU) untuk kegiatan kemanusiaan.

Kemudian kegiatan berlanjut ke  peresmian gedung perkualian dan aula Unusia Bogor oleh Kiai Said dan Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Sugianto Kusuma yang ditandai dengan penarikan tirai dan penandatangan prasasti. Gedung ini memiliki empat lantai.

Pewarta: Husni Sahal
Editor: Fathoni Ahmad