Bahaya Medis Hubungan Inses: dari Risiko Genetik hingga Kelainan Kognitif dan Fisik
NU Online · Senin, 26 Mei 2025 | 22:00 WIB
Ahmad Solkan
Kontributor
Jakarta, NU Online
Belakangan ini ramai tentang fenomena grup fantasi sedarah atau hubungan seks sedarah di media sosial. Hubungan seks sedarah atau inses secara medis dapat mengakibatkan kelainan genetik pada anak turun. Â Anak tersebut akan membawa gen resesif misalnya menimbulkan penyakit thalassemia dan cystic fibrosis.
Hal itu disampaikan Dokter Umum Klinik Healthcare Kalisari, Jakarta Timur, Salwa kepada NU Online pada Ahad (25/5/2025).
Tidak hanya itu, keturunan dari hasil hubungan inses berisiko mengalami kelainan kognitif dan fisik. Misalnya anak-anak hasil hubungan inses mengalami keterlambatan perkembangan kognitif atau gangguan intelektual.Â
"Atau kelainan bentuk fisik seperti kelainan bentuk wajah atau tubuh disebut dismorfism. Terus bisa gangguan pertumbuhan, seperti cacat lahir," ungkapnya.
Lebih dari itu, hal tersebut juga lebih berisiko terserang penyakit rentan seperti autoimun dan lain-lain. "Yang jelas secara medis ya risiko kematian bayi dari hasil inses itu lebih tinggi," jelasnya.
Dokter alumni Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu memaparkan lebih lanjut tentang penjelasan hubungan inses dapat menyebabkan masalah medis dan kelainan biologis. Hubungan tersebut meningkatkan gen resesif.
Ia menegaskan, pada keturunan manusia umumnya, gen resesif ini tersembunyi atau tidak aktif. Namun karena hubungan inses, gen resesif ini aktif karena diwariskan pada kedua orang tua yang dekat secara genetik. Gen resesif yakni gen atau penyakit tertentu yang aktif jika diwarisi dari kedua orang tua yang sangat dekat secara genetik.
Karenanya, hal ini menyebabkan risiko kelainan-kelainan genetik lain, seperti penyakit turunan, kelainan saraf, kelaianan fisik, kelaianan mental, gangguan imunitas dan lain-lain.
Ia menyebut hubungan inses multipel dalam artian bukan dilakukan antara orang tua ke anak atau saudara kepada saudara saja, tetapi dilakukan dengan seluruh anggota keluarga dapat mengakibatkan inbreeding depression (depresi perkawinan sedarah) atau penurunan mutu genetik.Â
"Penurunan mutu genetik seperti apa, misalnya meningkatkan angka kematian bayi yang baru lahir, menurunkan kemampuan kognitif, rentan sekali terhadap infeksi dan lain-lain. Pokok hubungan inses benar-benar tidak ada bagus-bagusnya, karena secara aspek medis memang akan menyebabkan penyakit kecacatan," paparnya.
Lebih lanjut, Salwa menerangkan bahwa tanda-tanda orang berhubungan inses tidak bisa dikenali tanpa ada pengakuan dari pelaku.
Namun, tanda-tanda orang melakukan hubungan inses bisa dikenali lewat tes DNA. Jadi, hasil tes DNA yang tidak biasa atau sangat mirip antara anak dan orang tua ini menjadi pertanda orang tuanya telah melakukan hubungan inses.
Kedua, indikator inses diketahui apabila anak yang dilahirkan oleh seseorang mengalami kelainan genetik yang langka atau cacat bawaan tanpa sebab yang jelas.
Selain kedua petunjuk tadi, pelaku hubungan inses dapat diketahui apabila ia mengaku secara sosial atau pemeriksaan hukum dan forensikÂ
"Intinya kalau untuk mengetahui ciri-ciri orang tersebut melakukan hubungan inses atau tidak, (maka) jelas tidak bisa. Karena itu hal yang ditutupi. Kecuali terjadinya pengakuan atau adanya tanda-tanda indikasi medis yang sudah disebutkan (tadi)," ungkapnya.
Terpopuler
1
Idul Adha Berpotensi Tak Sama, Ketinggian Hilal Dzulhijjah 1446 H di Indonesia dan Arab Berbeda
2
Pemerintah Tetapkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025 M
3
Gus Baha Ungkap Baca Lafadz Allah saat Takbiratul Ihram yang Bisa Jadikan Shalat Tak Sah
4
Hilal Terlihat, PBNU Ikhbarkan Idul Adha 1446 H Jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025
5
Jamaah Diimbau Hindari Sebar Video Menyesatkan, Bisa Merusak Ibadah Haji
6
Pos-Pos Petugas Penentu Kelancaran Lalu Lintas Jamaah di Jamarat Mina
Terkini
Lihat Semua