Nasional

Banyak Mengatur Bisa Bikin Anak Keras Kepala dan Gampang Cemas

Jum, 2 September 2022 | 19:00 WIB

Banyak Mengatur Bisa Bikin Anak Keras Kepala dan Gampang Cemas

Mengatur anak sebagai pola asuh atau parenting dapat membuat anak keras kepala, cemas, hingga mudah melawan orang tua.

Jakarta, NU Online

Mengatur atau melarang anak sebagai bagian dari pola asuh (parenting) tidak selamanya membawa dampak positif bagi tumbuh kembang anak. Tak sedikit anak yang justru mengabaikan aturan dan melanggarnya lantaran punya keyakinan sendiri. Anak dengan perilaku seperti ini biasanya dilabeli keras kepala.  


Menanggapi hal ini, Psikolog Keluarga Nurmey Nurulchaq atau Ning Rully menyebutkan bahwa sikap keras kepala pada anak tidak muncul secara tiba-tiba melainkan karena ada faktor tertentu. Salah satunya adalah penerapan pola asuh yang tidak tepat.


“Jangan salah, loh, pola asuh otoriter bisa membuat anak jadi keras kepala dan parahnya anak akan sering melawan jika itu terlalu sering dilakukan,” ujar Ning Rully, Jumat (2/9/2022).


Ia menerangkan, pola asuh otoriter identik dengan serangkaian aturan yang harus dipatuhi anak. Jadi, anak akan lebih terbiasa dengan arahan-arahan yang sudah jelas.


Namun, lanjut dia, ketika anak dihadapkan dengan situasi yang tidak memiliki panduan jelas, ia bisa tidak tahu atau ragu harus berbuat apa. Sebab, anak dibiasakan hanya mengikuti aturan dan jarang bertindak sesuai keinginan. 


“Selain keras kepala, dampak pola asuh otoriter pada mental lainnya membuat anak menjadi pribadi yang gampang cemas,” terangnya.


Kecemasan itu, menurutnya, timbul akibat harus selalu menuruti setiap aturan dan konsekuensi, anak dapat kesulitan untuk menentukan pilihannya sendiri. Anak-anak yang sering bergantung kepada orang tua dalam membuat keputusan, akan sulit beradaptasi sendiri di kehidupan sosial atau lingkungan baru. 


“Ya, karena takut dimarahi orang tua jika tidak bergerak sesuai arahan. Akhirnya dia minder tidak percaya diri,” ujar dia.


Lebih lanjut, ia menjelaskan, anak yang terbiasa menerima pola asuh otoriter, lama-lama dapat merasa tidak tahan dengan segala aturan yang diberlakukan padanya. 


Akibatnya, anak dengan sengaja bisa membangkang kepada orang tua, bahkan melakukan hal buruk. Karena terbiasa harus selalu menurut, anak menjadi sulit atau ragu untuk mengungkapkan perasaannya.


“Bisa dibilang anak jadi serba salah, mau nurut tapi tidak sesuai dengan kemauannya, gak nurut nanti takut dimarahi. Jadi, dia memilih untuk memendamnya," ungkap Ning Rully.


Ia menambahkan bahwa semua yang berhubungan dengan parenting atau mengasuh anak memang harus dikomunikasikan dengan sehat. Hindari untuk menegur dan mengatur pilihan anak secara langsung. 


“Terapkan pola asuh otoritatif. Karena bisa jadi semakin mengatur dan mengekang anak, semakin menjadi-jadi juga kelakuan mereka,” imbuh dia.


Melansir artikel keislaman NU Online, Rasulullah saw menganjurkan untuk memperlakukan anak kecil sebagai anak kecil. Jangan paksakan pandangan orang dewasa kepada mereka. Hal ini mengingat standar kebenaran anak kecil, belum semapan orang dewasa. 


Kebenaran bagi mereka masih berganti-ganti, sesuai selera dan kesenangan mereka. Di samping itu, kita juga harus mengedepankan keteladanan dalam bergaul dengan mereka. Nasihat dan penjelasan tetap harus dilakukan, tapi keteladanan tak bisa ditinggalkan. 


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Syakir NF