Nasional

Beberapa Ajaran KH Hasyim Asy'ari tentang Keaswajaan

NU Online  ·  Jumat, 5 April 2019 | 01:00 WIB

Beberapa Ajaran KH Hasyim Asy'ari tentang Keaswajaan

Bedah kitab karya Mbah Hasyim Asy'ari

Jombang, NU Online
Beberapa butir ajaran KH Hasyim Asy'ari mengenai Keaswajaan dibahas dalam acara bedah kitab Risalah Ahlissunnah karya KH Hasyim Asy'ari, Kamis (4/4) kemarin, di Ma'had Aly Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur 

Salah satu pemateri dalam kegiatan tersebut Kiai Nur Rohmad menjelaskan bahwa KH Hasyim membolehkan bertawassul dengan adz-Dzawaat al Faadhilah seperti para nabi, Ahlul bayt dan para wali baik ketika mereka masih hidup atau pun sesudah meninggal.

"Bahkan Kiai Hasyim sendiri sering bertawassul dalam karya-karyanya. Hal itu bisa dilihat dalam kitab An-Nuur Al-Mubiin fii Mahabbah Sayyid Al-Mursaliin halaman 66-75," katanya.

Dikatakan, Kiai Hasyim juga menegaskan bahwa melakukan safar untuk ziarah ke makam Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah termasuk sunnah yang disepakati oleh ummat Islam. Dan qurbah (perbuatan taat) yang sangat agung dan memiliki keutamaan yang sangat dianjurkan. 

"Kiai Hasyim juga menganjurkan agar peziarah bertabarruk dengan melihat Raudlah dan Mimbar Nabi Muhammad," kata alumni Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar ini.

Ditambahkan, KH Hasyim Asy'ari juga mengikuti mayoritas ulama yang membagi bid'ah menjadi bid'ah wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah. Kiai Hasyim menegaskan bahwa menggunakan tasbih, melafalkan niat (membaca Ushalli), talqin mayit, sedekah untuk mayit, tahlilan, ziarah kubur dan semacamnya adalah bid'ah hasanah bukan bid'ah sayyi'ah. 

"Keterangan ini disebutkan KH Hasyim Asy'ari dalam Risaalah Ahl As-Sunnah halaman 8," tambahnya.

Kiai Nur Rohmad menjelaskan dalam masalah madzab KH Hasyim Asy'ari menegaskan kewajiban bermadzab bagi seseorang yang bukan mujtahid mutlak. Meskipun telah memenuhi sebagian syarat-syarat ijtihad. 

"Dalam menyikapi perbedaan (ikhtilaf) antara empat madzab dan perbedaan dalam intern madzab Syafi'i, KH Hasyim Asy'ari menegaskan bahwa hal tersebut sah-sah saja. Keterangan ini bisa dilihat dalam Risaalah fi Ta'akkud al-Akhdz bi Madzaahib Al-Aimmah Al-Arba'ah," paparnya.

Mengenai tasawuf dan sufi, lanjutnya, Kiai Hasyim menyatakan bahwa tasawuf dan sufi sejati adalah yang sejalan dengan Al-Qur'an dan Hadits, sebagaimana beliau tegaskan dalam Ad-Durar Al-Muntatsirah fi Al-Masaa'il At-Tis'a 'Asyrah. (Syarif Abdurrahman/Muiz