Bogor, NU Online
Di zaman modern seperti sekarang, di mana teknologi menjadi mercusuar dalam mengukur kemajuan sebuah bangsa, justru tidak banyak yang memahami bahwa inti dari kemajuan sebuah negara adalah bagaimana mereka mampu mempertahankan identitas kebangsaannya.
Hal itu dikemukakan oleh Kepala Unit Kerja (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) Yudi Latif, Sabtu (26/7) saat mengisi Seminar Nasional dalam Program Pengenalan Studi dan Almamater (Propesa) Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Indonesia di Kampus Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dalam seminar bertajuk Merajut Kebhinnekaan dalam Bingkai Politik Kebangsaan, Yudi Latif mengungkapkan teori tiga lapisan peradaban yang dikemukakan oleh Sejarawan Arnold Toynbee, yaitu lapisan terluar Ilmu dan Teknologi, ke dalam lagi ada Etika, dan lebih dalam ada agama atau spiritualitas.
“Jadi nilai-nilai agama atau spiritualitas menjadi inti dari sebuah peradaban atau kebuadayaan,” jelas penulis buku Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila ini di hadapan sekitar 450 mahasiswa UNU Indonesia peserta Propesa.
Menurutnya, visi keagamaan inilah yang tertuang dalam prinsip agung bernama Pancasila yang dirancang oleh para pendiri bangsa. Meskipun Indonesia mendasarkan diri pada nilia-nilai agama, tetapi bangsa yang majemuk ini tidak menjadikan agama sebagai dasar negara secara formal, melainkan mengisi setiap sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Visi keagamaan ini, menurut Yudi Latif, juga tidak menjadikan tradisi dan budaya lokal sebagai identitas bangsa tergusur, tetapi justru diperkuat berdasarkan keyakinannya masing-masing. Alasan inilah yang turut mempertegas kemajuan peradaban bangsa Indonesia yang mendasarkan diri pada nilai-nilai keagamaan yang moderat.
“Namun, masyarakat justru menilai bahwa kemajuan bangsa diukur dari perkembangan teknologi yang sesungguhnya hanya menjadi lapisan terluar dari sebuah peradaban,” ucap Doktor lulusan Australian National University (ANU) ini.
Tapi, ia sendiri menyadari hal ini menunjukkan ada perbedaan ukuran dalam menilai kemajuan peradaban sebuah negara.
Selain Yudi Latif, hadir di Seminar Nasional dalam rangka Propesa Unusia ini, Rektor Unusia Prof M. Maksum Mahfoedz, Wakil Rektor III Unusia KH M. Mujib Qulyubi, Guru Besar Sosiologi Unair Prof Musta’in Mashud, dan Ketua Umum DPP PKB A. Muhaimin Iskandar. (Fathoni)