Nasional OBITUARI

Bu Nyai Halimah, Sosok Ramah nan Dermawan

Rab, 3 Mei 2017 | 10:30 WIB

Bu Nyai Halimah, Sosok Ramah nan Dermawan

Nyai Halimah (kiri) didampingi kakak kandungnya, KH Maimun Zubair

Akhirnya hari duka ini tiba. Beberapa jam yang lalu Pondok Ma’hadul Ulum Syar’iyah  (MUS) Sarang ditinggal pengasuhnya. Sekitar dua minggu yang lalu lewat Whatsapp, ibu mengabarkan kalau sedang berada di Sarang, Nyai Halimah sakit sebab jatuh, begitu pesan yang saya terima. Saya waktu itu cuma diam sambil merapal doa.

Saya mengenal Nyai Halimah tidak lama. Meskipun sejak kecil sering ditunjukkan—saat perjalanan lewat jalur Pantura—pondok tempat abah nyantri itu, namun untuk mengunjunginya baru sempat saat lulus kuliah.

Bu Nyai Halimah di mata saya adalah tipikal nyai zaman dulu. Super ramah, dermawan luar biasa dan sangat gemar menyambung silaturahmi. Waktu pertama kali sowan ke kediaman beliau, saya seperti berada di rumah sendiri saking nyamannya. Beberapa kali bertemu dan keramahannya tak berkurang. Di Sarang, saya merasa seperti pulang. Sowan ke Sarang bagi saya memang menyerupai semacam ritual napak tilas. Di Pondok MUS yang kini diasuh Nyai Halimah, 35 tahun yang lalu abah nyantri. Saya senang memandangi tembok dan ujung-ujung genteng di sana, berharap itu masih tembok dan genteng yang sama saat abah masih di sana.

Nyai Halimah di sela kesibukannya dan usianya yang sudah senja terkadang masih sempat mengunjungi rumah kami di pelosok Gresik yang puluhan kilometer jauhnya dari Sarang, Rembang. Sayang saat itu saya sedang tidak berada di rumah.

Ketika  menerima kabar kunjungan beliau, saya tercenung lama. Betapa hubungan santri -guru ini teramat ganjil, apalagi di zaman yang terkurung modernitas seperti sekarang. Menyaksikan relasi semacam ini di tengah kekhawatiran atas fundamentalisme dan kekerasan dalam dunia Islam yang terus-menerus membombardir linimasa adalah sebuah oase. Meyakinkan saya bahwa Islam di Nusantara masih baik-baik saja. Saya memang tidak pernah mengaji langsung pada beliau di pondok, tapi segala yang saya ketahui sekarang tentang adab dan akhlak, beliaulah salah satu sumbernya.

Selasa malam, 2 Mei 2017, Nyai Halimah, adik kandung Mustasyar PBNU KH Maimun Zubair itu, berpulang. Sugeng kondur, Nyai. Saya bersyukur pernah mencium tangan panjenengan.


Durrotul Yatimah, Penulis anggota Fatayat PCINU Maroko