Nasional

Buka Diskusi Gajah Mada, Kiai Said Jelaskan Asal dan Fungsi Sejarah

NU Online  ·  Kamis, 4 April 2019 | 08:48 WIB

Buka Diskusi Gajah Mada, Kiai Said Jelaskan Asal dan Fungsi Sejarah

Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj pada diskusi buku Gajah Mada karya KH Agus Sunyoto, Kamis (4/4)

Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj merespons positif kehadiran buku-buku karya Ketua Lesbumi, KH Agus Sunyoto. Menurut Kiai Said, KH Agus Sunyoto merupakan penulis NU yang sudah banyak menerbitkan buku-buku sejarah.

"Saya respek, bersyukur (dengan kretivitas) Kiai Agus. Banyak sekali tulisannya, seperti Siti Jenar, Atlas Wali Songo," kata Kiai Said saat diskusi dan bedah buku Pu Gajah Mada, Mahapatih Mangkubhumi Majapahit, di Pesantren Luhur Al-Tsaqofah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (4/4) siang.

Ia mengungkapkan, sejarah berasal dari kata sajarotun yang berarti pohon. Pohon, ujar Kiai Said, memiliki akar, pohon dapat hidup karena akar yang tumbuh.

"Dari akar mencari kehidupan, mengapa kita ada, untuk apa kita hidup, dan mau kemana kita. Man ana, min aina, ila aina. Itu namanya hidup," papar Kiai Said pada kegiatan yang merupakan hasil kerja sama Pesantren Al-Tsaqafah dengan Lembaga Seni Budaya Muslimin lndonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU), dan Teras Kiai Said.

Sejarah Berbalut Fiksi

Sementara itu, penulis buku yang juga Ketua Lesbumi PBNU, KH Agus Sunyoto, menuturkan buku yang ditulisnya kali ini dikemas dalam bentuk fiksi. Namun, buku tersebut merupakan hasil penelitian. 

Kiai yang juga penulis Atlas Wali Songo ini mengungkapkan alasan menulis dalam bentuk buku fiksi semata-mata karena targetnya dibaca banyak orang. 

"Kalau ditulis ilmiah yang baca tak ada," ucapnya. 

Fenomena seperti itu lanjut Kiai Agus, pernah dilakukan di Jepang. Masyarakat Jepang mengenal tokoh Jepang dari tulisan fiksi.

Ia menjelaskan, buku Pu Gajah Mada, Mahapatih Mangkubhumi Majapahit diterbitkan Pustaka Pesantren Nusantara ditulis sejak tiga tahun yang lalu dalam bentuk cerita bersambung dan dimuat di Radar Kediri. 

Penulisan buku tersebut, kata Kiai Agus Sunyoto, berawal keprihatinannya. "Dari itu muncul buku Kesultanan Majapahit, di mana raja-raja Majapahit digambarkan zuriat rasul, para habib. Gajah Mada juga Muslim. Namanya Gaja Ahmada," kata sejarawan NU ini. 

Ia mengatakan, Gajah Ahmada adalah pemikir besar dan ahli strategi perniagaan di pasar. Sebab, dia menetapkan secara formal hukum perniagaan di pasar pada masanya. 

Pada kesepatan tersebut turut hadir arkelog senior UI, Hasan Djafar dan Agus Aris Munandar serta ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Saat berita ini diturunkan, acara masih berlangsung. (Abdul Rahman Ahdori/Kendi Setiawan)