Nasional

Buku Sejarah Gajah Mada Ungkap Nilai Kolonial dan Kasta Masyarakat Indonesia

Kam, 4 April 2019 | 19:00 WIB

Buku Sejarah Gajah Mada Ungkap Nilai Kolonial dan Kasta Masyarakat Indonesia

Diskusi buku Gajah Mada

Jakarta, NU Online
Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin lndonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU), KH Agus Sunyoto mengungkap tujuan menulis buku Pu Gajah Mada, Mahapatih Mangkubhumi Majapahit. Salah satu tujuan penulisan buku yang diterbitkan Pustaka Pesantren Nusantara tersebut yakni  ingin menggali nilai nilai kolonial dan pandangan orang Majapahit.

"Nilai-nilai sekarang adalah nilai nilai kolonial, di mana kalo kita lihat orang orang kulit putih itu kita inferior. Kita rendah, kulit putih superior, itu tidak ada zaman Majapahit," kata Kiai Agus Sunyoto seusai diskusi dan bedah bukudi Pesantren Luhur Al- Tsaqofah, Jagakarsa,  Jakarta Selatan, Kamis (4/4).

Ia mengungkapkan, masa Kerajaan Majapahit pribumi menempati kedudukan atau kasta paling tinggi. Berbeda dengan sekarang pribumi seolah menjadi kasta paling bawah. 

"Sekarang ini terbawah, sampai mentalitas kita sebagai pribumi, itu kalau kita melihat orang kulit putih  itu dia melakukan pekerjaan pekerjaan yang rendah kasar, kalau kita lihat orang kulit putih dagang baso, tukang ojek, tukang tol sepatu kita gak rido, gak boleh tuan itu kerjaan bangsa kita. Gak boleh tuan. Itu kan mental," tuturnya.

Sehingga melalui karyanya itu Kiai Agus Sunyoto ingin mengubah nilai tersebut, salah satunya dihadirkan dalam buku yang dikemas dengan gaya fiksi itu. 

Soal sosok Gajah Mada, lanjut Kiai Agus, merupakan tokoh sejarah yang telah tercatat melalui prasasti. Hanya saja,  perlu ada penafsiran lagi pada setiap dimensi yang diteliti. 

"Misalnya nanti saya ungkapkan bagaimana model arsitektur zaman dulu, yaitu ketika pemindahan keraton Majapahit dari utara sungai ke selatan," katanya. 

Sementara itu, Arkeolog UI,  Aris Munandar, mengatakan buku yang karya KH Agus Sunyoto merupakan kreativitas seorang penulis yang patut diberikan penghargaan. Sebab,  tidak semua orang bisa menulis buku sejarah dalam bentuk fiksi. 

Mengenai sosok Gajah Mada, kata dia, jangan terlalu diperdebatkan cukup cek kembali data yang ada tentu merupakan data yang otentik.

Asal usul dan sosok Gajah Mada masih banyak yang mengungkapkan secara berbeda-beda. Ada yang mengungkap, Majapahit adalah Kesultanan. Kemudian menyebut Gajah Mada keturunan Raden Wijaya Sri Kertarajasa Jaya Wardana yang tidak lain adalah penerus Dewa Wisnu. 

"Perasasti lain misalnya berasaskan agama Hindu dan nafas Budha," tuturnya. (Abdul Rahman Ahdori/Kendi Setiawan)