Nasional

Buya Syakur Jelaskan Beda Sikap Iblis dan Malaikat saat Diperintah Sujud kepada Nabi Adam

Rab, 16 September 2020 | 05:30 WIB

Buya Syakur Jelaskan Beda Sikap Iblis dan Malaikat saat Diperintah Sujud kepada Nabi Adam

Pengasuh Pesantren Cadangpinggan Cirebon, KH Buya Syakur. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi. Sebelum amanah itu disematkan kepada umat manusia, iblis dan malaikat yang diciptakan lebih dulu oleh Allah SWT diminta untuk bersujud kepada Nabi Adam sebagai manusia pertama yang diciptakan Allah.


Namun, iblis enggan untuk menyembah, sedangkan malaikat cenderung berdiplomasi sebelum akhirnya mengakui kehebatan Nabi Adam as. 


Keterangan itu diuraikan Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di muka bumi."


Mereka (malaikat) berkata, apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu? Tuhan berfirman, "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."


Kemudian, pada Al-Baqarah ayat 32, malaikat menjawab firman Allah tersebut, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".


Mengenai tafsir surat Al-Baqarah ayat 30 ini, Pengasuh Pesantren Cadangpinggan Cirebon, KH Buya Syakur menjelaskan, pada kedua ayat di atas menunjukkan bahwa kedudukan manusia lebih tinggi dibandingkan dengan iblis dan malaikat.


Tidak seorang pun manusia yang lemah, yang ada hanya manusia yang belum mengetahui potensi diri. Ketidaktahuan ini bukan hanya terjadi pada manusia itu sendiri, bahkan makhluk Allah yang lain seperti malaikat juga tidak tahu potensi yang dimiliki manusia sebelum akhirnya dibuktikan oleh Allah SWT melalui Nabi Adam as.


Dalam surat Al-Baqarah ayat 30, lanjutnya, ketidaktahuan malaikat dan iblis mengenai kelebihan manusia menjadi penyebab keduanya menyangkal perintah Allah SWT. Namun beda sikap yang dilakukan keduanya. Iblis cenderung frontal sementara malaikat memilih menggunakan bahasa diplomatis untuk berdialog dengan Allah SWT. 


“Biasanya orang berbicara vulgar itu ada kesombongan, kalau diplomatis ada kesantunan. Makanya ketika iblis ditanya kenapa engkau tidak bersujud, jawabannya vulgar, ana koirum minhu, aku lebih hebat dari Adam. Iblis tidak memahami pondasi yang dimiliki manusia. Kalau malaikat tidak, dia menolak dengan berbahasa diplomatis, ataj’alu fiha man yufsidu fiha,” kata Buya Syakur saat mengupas surat Al-Baqarah ayat 30 di Kegiatan Kajian Tafsir Al-Qur’an Komparasi Ayat-ayat Qital dan Ayat-ayat Damai yang digelar secara virtual, Selasa (15/9).


Selanjutnya, atas sikap dua makhluk Allah yakni malaikat dan iblis ini, Adam kemudian diberikan ilmu pengetahuan yang luas oleh Allah SWT yang tidak dimiliki malaikat dan iblis. Saat pembuktian dilakukan, malaikat langsung bersujud kepada Adam karena dia sadar tidak memiliki ilmu seluas yang dimiliki Nabi Adam as.


Sedangkan iblis, dia tetap berpegang teguh pada asal usulnya yakni diciptakan dari api sedangkan Adam dari tanah. Sehingga dia telah berkomitmen tidak akan bersujud kepada umat manusia sampai hari kiamat. 


“Jadi Manusia itu sebetulnya tempat Allah ber-tajalli. Ketika Allah ber-tajalli pada gunung mungkin gunung itu meledak karena hanya manusialah yang mampu menjadi tajalli Tuhan. Kita diberikan posisi tinggi sebagai khalifah ternyata banyak manusia tak paham,” tuturnya. 


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori

Editor: Fathoni Ahmad