A. Syamsul Arifin
Penulis
Jakarta, NU Online
Umat Islam dianjurkan menghidupkan malam Hari Raya Idul Fitri dengan berbagai amalan penting. Hikmahnya, membuat hati seseorang tidak akan mati.
Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi yang artinya: “Siapa saja yang qiyamul lail pada dua malam Id (Idul Fitri dan Idul Adha) karena Allah demi mengharap ridha-Nya, maka hatinya tidak akan mati pada hari di mana hati manusia menjadi mati.” (HR As-Syafi’i dan Ibn Majah).
Ustadz Ahmad Muntaha AM dalam artikelnya di NU Online yang berjudul Keutamaan dan Cara Menghidupkan Malam Idul Fitri menyebutkan, meski hadits tersebut dari sisi riwayat terkategori dhaif, namun masih bisa dipakai untuk karena berkaitan dengan keutamaan ibadah.
Baca Juga
Tata Cara Shalat Idul Fitri
Dengan mengutip pandangan Syekh Ahmad As-Shawi, Ustadz Ahmad Muntaha menerangkan bahwa arti 'hati tidak mati' pada hadits di atas adalah hati yang tidak akan mengalami kebingungan di saat banyak orang mengalaminya, yaitu pada saat sakaratul maut, kala ditanya oleh dua malaikat (di alam barzakh), dan ketika hari kiamat.
"Bahkan hatinya tenang penuh keteguhan pada momen-momen tersebut,” ungkapnya meneruskan penjelasan Syekh Ahmad As-Shawi, dikutip NU Online, Selasa (9/4/2024).
Menurut Ustadz Ahmad Muntaha, ada sejumlah pendapat tentang cara menghidupkan malam Hari Raya Idul Fitri yang dikemukakan para ulama yang dapat dilakukan umat Islam. Pendapat pertama, seseorang hendaknya menggunakan mayoritas waktu malam Hari Raya Idul Fitri dengan beribadah.
Pendapat kedua, cukup dengan beribadah sesaat saja dari malam hari raya. Ini diperkuat dengan keterangan dari Imam As-Syafi’i yang mengisahkan bahwa ketika malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha para masyayikh Kota Madinah datang ke masjid, berdoa, dan berzikir sampai lewat beberapa saat saja waktu malam tersebut.
Baca Juga
Bacaan Bilal pada Shalat Idul Fitri
Pendapat ketiga, dengan cara melaksanakan shalat Isya berjamaah dan bertekad untuk melakukan shalat subuh di pagi harinya secara berjamaah pula. Pandangan ini sebagaimana dikutip oleh Al-Qadhi Husain dari Ibn Abbas RA.
"Mari kita menghidupkan malam Hari Raya Idul Fitri dengan berbagai ibadah, seperti takbir, zikir, doa, shalat-shalat sunah dan ibadah lainnya agar diberi keteguhan hati di dalam momen-momen terpenting dalam fase kehidupan serta mendapatkan ridha Allah," ajaknya.
Sebagai informasi, Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) memprediksi 1 Syawal 1445 H pada Rabu (10/4/2024) besok. Hal ini berdasarkan data hilal pada Selasa (9/4/2024) yang dirilis oleh lembaga tersebut.
Dalam keterangannya, tinggi hilal terkecil di Indonesia saat matahari terbenam pada Selasa, 29 Ramadhan 1445 H atau bertepatan 9 April 2024 M berada di Kota Merauke, Provinsi Papua Selatan dengan tinggi +4 derajat 52 menit, sedangkan parameter hilal terbesar terjadi di Kota Lhoknga, Provinsi Aceh dengan tinggi +7 derajat 28 detik.
Sementara elongasi terkecil di Indonesia saat matahari terbenam pada Selasa, 29 Ramadhan 1445 H atau bertepatan 9 April 2024, sebesar 8 derajat 30 menit di Kota Merauke, Provinsi Papua Selatan dan sampai dengan 10 derajat 19 menit derajat di Kota Lhoknga, Provinsi Aceh.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Perhatikan 4 Hal Ini Agar Amal Ibadah Diterima Allah
2
Khutbah Jumat: Pendidikan sebagai Kunci dalam Menggapai Impian
3
Khutbah Jumat: Bersemangatlah, Mencari Nafkah adalah Ibadah
4
Kongres XIII JATMAN Siap Digelar di Asrama Haji Donohudan Boyolali pada 21-22 Desember 2024
5
Khutbah Jumat: Merawat Alam Sebagai Wujud Kepatuhan Terhadap Perintah Agama
6
7 Hari Wafatnya Syekh Hisham Kabbani: Melihat Gerak Dakwahnya di Amerika
Terkini
Lihat Semua