Nasional

Cendekiawan Mancanegara Diskusikan Filsafat di IAIN Tulungagung

NU Online  ·  Rabu, 21 November 2018 | 13:30 WIB

Tulungagung, NU Online
Kajian filsafat amat penting untuk mengantisipasi perubahan dan perkembangan zaman. Apalagi di era kian merebaknya kabar bohong atau hoaks. 

“Hoaks yang begitu marak di era post-truth dan juga dunia klenik yang kerap membelenggu cakrawala berpikir manusia dapat diatasi atau dilawan dengan penalaran yang sehat, tepat dan akurat melalui cara filsafat,” kata Maftukhin, Rabu (21/11).

Demikian disampaikan Rektor IAIN Tulung Agung tersebut saat membuka konferensi perdana bertaraf internasional di bidang filsafat yakni Conference on Contemporary Issues in Philosophy and New Islamic Civilization (CCI-PHONIC) 2018 di auditorium pascasarjana kampus setempat.

Maftuhin menambahkan khazanah filsafat sedemikian kaya dan berwarna, sehingga penting untuk dilakukan penggalian mendalam agar terus berkontribusi bagi kehidupan. “Situasi zaman menuntut kehadiran filsafat untuk semakin berperan dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa,” ungkapnya. 

Maftuhin menilai, persoalan demi persoalan yang datang silih berganti saat ini, sesungguhnya berakar pada ketidakcakapan manusia dalam menata dan mengelola pikiran. “Filsafat merupakan jalan atau gerbang utama bagi upaya menyelesaikan persoalan yang berserakan di tengah masyarakat,” urai alumnus Pesantren Lirboyo Kediri ini.

Konferensi cukup langka ini diikuti ratusan peserta dengan pembicara dari sejumlah negara seperti Singapura dan Kamboja dan Indonesia. Isu kontemporer kefilsafatan dipertajam dalam sejumlah diskusi pararel yang dikelompokan dalam empat kajian, yaitu philosophy of education and literature, philoshopy of islamic economic and civilization, philosophy of islamic law and humanities. Juga  philosophy of relegion and social science

Akhyak selaku Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung mengatakan dosen sebagai lokomotif utama dalam pengembangan akademik di kampus harus memiliki kesadaran moral intelektual untuk kembali mengaktualisasikan dan mengkontekstualisasikan filsafat di berbagai dimensi kehidupan.

Dirinya berharap CCI-PHONIC dapat terselenggara setiap tahun, agar penggalian mutiara filsafat itu dapat menjawab pelbagai tantangan peradaban. 

Mulia Ardi selaku moderator mengatakan paper yang dibahas dalam sesi paralel yang berjumlah 97 judul akan diterbitkan dalam International Conference Procedding of  Conference on Contemporry Issues in Philosophy and New Islamic Civilization (CCI-PHONIC) 2018 untuk menandai torehan tinta sejarah ilmu pengetahuan.

Hadir pembicara dari mancanegara antara lain Nek Mah Batri (Singapura), Mohammad Zein Musa, (Kamboja). Sedangkan dari dalam negeri yakni Mujamil Qomar, Maftukhin, Akhmad Rizqon Khamami, dan Zaini Fasya. (Imam Kusnin Ahmad/Ibnu Nawawi)