Nasional

Ciri-ciri Wali Menurut Gus Mus

Ahad, 12 November 2017 | 05:50 WIB

Pati, NU Online
Wali merupakan kekasih Allah. Mereka tidak kagetan, tidak punya rasa takut dan susah. Bahkan terhadap malaikat Munkar dan Nakir sekalipun.

Demikian yang disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang KH Musthofa Bisri (Gus Mus) dalam pengajian umum di Mushala Nurul Huda dalam Haul ke-26 KH Maimun Desa Kertomulyo, Trangkil, Pati, Sabtu (11/11).
 
Pada pengajian yang dihadiri ribuan umat Islam tersebut, Gus Mus menerangkan, wali itu tak pernah takut dan merasa susah. Ia menggambarkan wali dalam surat Al-Ahqof ayat 13: Innalladzina robbunallahu tsummastaqomu fala khoufun alaihim walahum yahzanun. Artinya, "Sesungguhnya orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap istiqomah, maka tidak ada ketakutan terhadap mereka dan mereka tiada (pula) bersusah."
 
Kemudian Gus Mus menjelaskan bila para wali merupakan teman para malaikat. Ketika Allah mengasihi hamba-Nya, malaikat pun ikut mengasihi. Dalam Al-Qur'an malaikat pun bebicara bahwa mereka adalah teman para wali. Nahnu auliyaukum fil hayatiddunya wafil akhiroh.
 
"Ciri-ciri wali itu ada dua. Yang pertama mengakui Allah sebagai Tuhannya dan yang kedua jejeg (istiqomah)," tandas kiai asal Rembang ini.
 
Gus Mus memetikkan Surat Fushshilat ayat 30: Innalladzina qolu robbunallah tsummastaqomu tatanazzalu 'alaikumul malaikatu alla takhofu wala tahzanu wa absiru bil jannati kuntum tu'adun. Yang artinya "Sesungguhnya orang-orang yang berkata: Tuhan Kami adalah Alloh, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), Janganlah kamu merasa takut,  dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu."
 
Selain mengakui Allah sebagai Tuhannya, seorang wali harus istiqomah (jejeg) dalam menyembah Allah. Gus Mus mencontohkan seseorang shalat di suatu mushala hendaknya tetap istiqomah shalat meskipun berada di mana pun tempat dan daerahnya. Sebab al istiqomatu khoirun min alfi karomah.
 
"Sederhananya kalau beribadah kepada Allah itu yang sedang-sedang saja, jangan ngotot dan berlebihan," tambah Gus Mus.
 
Gus Mus menilai bila orang yang beribadah ngotot dan berlebih-lebihan tidak akan bisa istiqomah. Ibarat orang ngaji Al-Qur'an khatam tiga kali pada bulan puasa, tapi sama sekali tak menyentuh Al-Qur'an setelah bulan puasa lewat. Bahkan, banyak orang jaman sekarang yang berpolitik berlebih-lebihan, menyukai calonnya berlebihan, menyukai dan membenci orang berlebihan.

"Padahal berlebihan tidak disukai Allah," pungkasnya. (Ahsol Matkan/Kendi Setiawan)