Nasional KONGRES IPNU-IPPNU

Dahlan: Pemimpin Masa Depan adalah yang Berintergitas

Sab, 1 Desember 2012 | 13:04 WIB

Palembang, NU Online.
Syarat pemimpin masa depan adalah pemimpin yang memiliki integritas tinggi. Pemimpin yang tidak memiliki integritas tinggi, tidak akan laku di masa yang akan datang. <>

Demikian yang disampaikan Menteri BUMN Dahlan Iskan dalam Kongres IPNU XVII IPPNU XVI pada Sabtu, di Asrama Haji Palembang Sumatra Selatan.

Menurutnya, pemimpin atau pun pejabat di masa lalu adalah orang yang pandai menjilat. 

“Semakin pandai ia menjilat akan mendapat kedudukan, orang yang kurang pandai menjilat akan sulit mendapat kedudukan,” jelasnya sembari tersenyum.sebagaimana dilaporkan NU Online dari arena kongres.

Selain itu, kata Dahlan, yang bisa menjadi pemimpin adalah orang yang memiliki populartas. “Jadi tidak harus memiliki kualitas maupun integritas, kalau memiliki popularitas bisa jadi pemimpin,” kata Dahlan.

Namun, menurutnya pemimpin di masa yang akan datang adalah orang-orang yang memiliki integritas tinggi, dan berkualitas. “Buktinya, saya tak memiliki latar belakang di bidang kelistrikan, tapi karena saya dianggap mampu mengelola, maka Pak SBY memercayakan jabatan ini kepada saya,” imbuhnya.

Peluang IPNU-IPPNU

“Saya rasa IPNU IPPNU mampu untuk menjadi pemimpin yang memiliki integritas yang laku untuk mengisi kepemimpinan di masa mendatang,” tuturnya.

Karena menurut pria mengawali karier sebagai wartawan ini, IPNU IPPNU adalah kalangan santri yang diajarkan istiqomah (konsistensi), tawadhu (akhlaq/etika), dan integritas oleh para ulama.

“Itu merupakan modal besar untuk menjadi pemimpin dalam sepuluh atau 15 tahun yang akan datang. Pelajaran yang diperoleh di pesantren harus diamalkan dalam kehidupan santri atau pelajar,” ujar Dahlan. 

Selain menyampaikan orasi, Dahlan Iskan juga membuka kongres dengan memukul bedug tanda dibukanya acara yang berakhir Selasa, (4/12). Hadir sejumlah tokoh NU, seperti Ali Masykur Musa (ISNU), wakil ketu umum PBNU H As’ad Ali dan lain-lain. 


Redaktur   : Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Rochim