Nasional

Dampingi Anak Belajar Daring Bukan Asal Beri Jawaban Tugas

Sab, 4 September 2021 | 01:00 WIB

Dampingi Anak Belajar Daring Bukan Asal Beri Jawaban Tugas

Ilustrasi: Saat mendampingi anak belajar daring, bukan sekadar memberikan jawaban tugas anak.

Jakarta, NU Online

Pembelajaran daring yang diberlakukan sejak pandemi menjadi tantangan khusus bagi orang tua, salah satunya adalah mengerjakan tugas anak. Alih-alih membantu, hal ini justru berisiko buruk bagi anak. 

 

Hasrat ingin segera menyelesaikan tugas anak tak jarang mendorong orang tua untuk mengerjakan tugas sekolah anaknya secara percuma, bahkan tanpa si anak turut andil dalam pengerjaannya. 

 

Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Widya Rahmawati mengatakan ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melatih anak agar tidak latah meminta orang tua mengerjakan tugas sekolah daringnya. 

 

Saat anak bertanya tentang tugasnya dan orang tua sedang dalam kondisi sibuk, usahakan untuk tetap bersabar dan tidak marah.

 

"Bisa dibayangkan bagaimana sabarnya bapak-ibu guru yang ada di sekolah. Mereka tidak hanya menghadapi satu siswa. Satu sekelas mungkin ada 30 atau 25 (siswa). Dan, dalam satu momen itu harus bisa menjaga konsentrasi untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran yang disampaikan," papar Widya saat mengisi Workshop Daring Kiat Pendampingan Belajar Digital Generasi Alpha, Jumat (2/9/2021).

 

Menurut Widya, dengan langkah itu, anak akan tetap punya rasa ingin mengerjakan tugas dan orang tua bisa memandu anak mengerjakan tugasnya. Dijelaskannya bahwa untuk memandu anak dalam pengerjaan tugas, jangan seperti memberikan jawaban secara langsung.

 

"Boleh membantu tapi diarahkan caranya, runtutannya. Jangan langsung hasilnya. Meskipun orang tua sudah tahu jawabannya," kata Widya dalam workshop yang diselenggarakan oleh NU Online dan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) ini.

 

Ketika anak dibiasakan menerima secara mentah jawaban dari orang tua tanpa ada proses usaha mengerjakan, kelak anak tidak memahami materi. Hal ini cukup berisiko untuk menjadi bumerang bagi anak. Anak akan merasa ketergantungan dan tertinggal. 

 

"Disadari juga oleh orang tua bahwa ketika memberikan jawaban, itu adalah bumerang, karena akan kembali ke anak kita juga. Kalau kita yang jawab, anak kita tidak tahu, tidak paham," tuturnya. 

 

Dosen asal Cilacap, Jawa Tengah ini menegaskan dengan tidak membiarkan anak begitu saja meminta orang tua untuk mengerjakan tugasnya, bisa memupuk rasa tanggung jawab anak.

 

"Kita harus tanamkan ini sebagai rasa tanggung jawab siswa," ungkapnya.


Pewarta: Nuriel Shiami Indirapasha
Editor: Kendi Setiawan