Nasional

Dua Kunci Sukses untuk Hindari Gagal Paham atas Sikap Sosial-Keagamaan NU

Sel, 22 Oktober 2019 | 18:54 WIB

Dua Kunci Sukses untuk Hindari Gagal Paham atas Sikap Sosial-Keagamaan NU

Foto: Ahmad Labib

Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Robikin Emhas menyampaikan bahwa garis kebijakan Nahdlatul Ulama (NU) tidak pernah keluar dari amanah Al-Qur’an dan hadits untuk menjaga hablum minallah dan hablum minan nas. Menurutnya, dari keduanya itu NU melahirkan banyak putusan-putusan keagamaan yang kontekstual.

Demikian disampaikan H Robikin pada konferensi pers menjelang Pidato Kebudayaan Hari Santri 2019 oleh Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (22/10) sore.

“Ulama adalah pewaris nabi. Ulama mengemban amanat kenabian. NU mendekatkan hubungan dengan Allah (hablun minallah) dan hubungan sosial (hablum minan nas). Seluruh kajian keagamaan (tafaqquh fid din) dalam NU dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan kedua hubungan tersebut,” kata Robikin.

Ia mengatakan bahwa tanpa memahami pijakan hablum minallah dan hablum minan nas, banyak pihak kerap mengalami kesalahpahaman atas sikap dan putusan keagamaan NU.

Tampak hadir pada konferensi pers Wasekjen PBNU H Masduki Baidowi, Ketua PP RMI NU H Abdul Ghofarrozin, dan Sekjen ISNU M Kholid Syairozi.

Robikin menambahkan, dalam hubungan dengan Allah NU memiliki pedoman amaliyah ubudiyah yang selama ini telah dipraktikkan melalui ajaran tauhid, fiqih, dan tasawuf. Sedangkan dalam hubungan dengan manusia NU memegang prinsip-prinsip secara fikrah yaitu tasamuh (toleran), tawasut (moderat), tawazun (proporsional), dan i’tidal (berimbang) yang digali dari nas Al-Qur’an, hadits, dan sumber hukum Islam lainnya.

“Dan sebagai sebuah organisasi keagamaan, NU menetapkan harakah nahdliyyah, yakni setia pada garis koordinasi dan instruksi organisasi untuk kepentingan gerakan jamaah Nahdlatul Ulama (NU),” kata Robikin.

NU, kata Robikin, menetapkan landasan dan bangunan masyarakat yang unggul (mabadi’ khaira ummah), yaitu masyarakat yang jujur (as-shidqu), terpercaya dan menepati janji (al-amanah wal wafa bil ‘ahdi), gotong royong (at-ta’awun), dan konsisten (al-istiqamah).

“Dalam kaitannya dengan Indonesia, NU merupakan mitra strategis negara dalam upaya mencapai cita-cita kemerdekaan, yaitu merdeka, maju, adil, dan makmur. Dalam hubungan dengan negara, NU memiliki pandangan bahwa pemerintahan harus diselenggarakan untuk kemaslahatan warga negara (al-mashalihul al-’ammah),” kata Robikin.
 

Pewarta: Alhafiz Kurniawan
Redaktur: Kendi Setiawan