Nasional

Epidemiolog Beberkan Perbedaan dan Keuntungan Vaksin Booster

Kam, 13 Januari 2022 | 10:30 WIB

Epidemiolog Beberkan Perbedaan dan Keuntungan Vaksin Booster

Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), dr Syahrizal Syarif (Foto: dok NU Online)

Jakarta, NU Online
Pakar Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), dr Syahrizal Syarif membeberkan hasil penelitian tentang efektivitas vaksin booster yang heterolog atau jenis vaksin berbeda dari dosis pertama dan dosis kedua lebih tinggi dibandingkan vaksin booster homolog atau vaksin sejenis.

 

"Terdapat bukti dalam penelitian bahwa booster yang heterolog (vaksin berbeda dari vaksin awal) lebih memberikan respons kekebalan dibanding booster homolog (vaksin sama dengan vaksin awal)," ungkapnya dalam keterangan yang diterima NU Online, Kamis (13/1/2022).

 

Bukti tersebut, kata Syahrizal, merupakan hasil penelitian di dalam dan luar negeri yang menunjukkan bahwa pemberian vaksin booster setengah dosis dapat meningkatkan antibodi lebih baik dari vaksin lengkap atau dosis kedua. Vaksin booster Covid-19 dapat memungkinkan sistem kekebalan tubuh mengenali dan merespon virus lebih cepat.

 

"Vaksin booster dapat menghasilkan antibodi yang baik terhadap Covid-19 dan membantu tubuh melawan infeksi virus Covid-19 yang lebih tinggi," katanya.

 

Lebih lanjut, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Kesehatan masa khidmah 2015-2021 itu menyebutkan lima produk vaksin Covid-19 yang digunakan sebagai vaksin dosis lanjutan atau booster. Kelima vaksin itu telah mendapat izin resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

 

"BPOM telah memberi izin lima jenis vaksin yg dapat digunakan sebagai booster, yakni CoronaVac (Sinovac), Pfizer, AstraZeneca, Moderna, dan Zifivax," papar Syahrizal.

 

Ia menjelaskan, izin ini diberikan untuk skema homologus atau penyuntikan dosis ketiga dengan merek yang sama dengan dua dosis sebelumnya. Program vaksin booster ini akan dimulai menyasar golongan warga lanjut usia (lansia) terlebih dahulu. 

 

"Booster dapat diberikan pada mereka yang sudah mendapat vaksin lengkap minimal enam bulan dan berusia 18 tahun ke atas. Namun prioritas diberikan pada lansia dan kelompok berisiko tinggi," jelasnya. 

 

Syahrizal juga menginformasikan bahwa ketersediaan jumlah vaksin booster yang dimiliki pemerintah sudah mencukupi. "Pemerintah menyatakan ketersediaan vaksin untuk booster cukup, bahkan menyatakan mempunyai persediaan 350 juta dosis sampai bulan Juni 2022. Pemberian booster akan diawali 12 Januari 2022," imbuhnya.

 

Adapun kombinasi vaksinasi booster yang akan diberikan mulai 12 Januari 2022, imbuhnya, sesuai dengan pertimbangan para peneliti dalam dan luar negeri serta sudah dikonfirmasi oleh BPOM dan Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

 

"Penerima vaksin primer Sinovac atau vaksin dosis pertama dan kedua Sinovac, akan diberikan vaksin booster setengah dosis Pfizer atau AstraZeneca. Sedangkan, penerima vaksin primer AstraZeneca atau vaksin dosis pertama dan kedua AstraZeneca, akan diberikan vaksin booster setengah dosis Moderna," imbuh Syahrizal.

 

Sebagai Informasi, vaksinasi booster akan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah seperti puskesmas, rumah sakit pemerintah, maupun rumah sakit milik pemerintah daerah.

 

Syarat mendapat vaksin booster gratis adalah prioritas bagi usia 60 tahun ke atas; prioritas untuk kelompok rentan; berusia 18 tahun ke atas; berada di kabupaten atau kota yang sudah memenuhi 70 persen suntikan pertama dan 60 persen dosis kedua; serta sudah divaksinasi dosis lengkap, dengan jangka waktu enam bulan usai dosis kedua diberikan.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan