Nasional

Fatayat NU DKI: Penganut Childfree Tak Perlu Diberi Stigma Negatif

Sen, 13 Februari 2023 | 18:00 WIB

Fatayat NU DKI: Penganut Childfree Tak Perlu Diberi Stigma Negatif

Ilustrasi childfree. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online
Ketua Pimpinan Wilayah Fatayat Nahdlatul Ulama (PW Fatayat NU) Kusnainik turut menanggapi isu childfree yang masih jadi sorotan publik. Ia mengatakan, meski childfree bukan menjadi pilihan yang tepat dalam suatu pernikahan, namun tak semestinya penganut childfree diberi stigma negatif.

 

“Saya tetap menghargai pilihan orang-orang yang memutuskan childfree karena tentu mereka mempunyai alasan tersendiri, dari segi medis maupun personal. Tidak bisa kita pungkiri banyak orang yang keadaannya memang tidak memungkinkan untuk punya anak,” kata Kusnainik, kepada NU Online, Senin (13/2/2023).

 

Ia lantas menyinggung kondisi ketika seseorang tidak memiliki anak sering kali respons publik yang muncul berupa belas kasihan dan simpati. Pasalnya pengalaman mengasuh anak dipandang begitu berharga sehingga tidak mengalaminya dianggap tidak normal atau tidak beruntung.

 

“Tapi ketika seseorang memilih tidak mempunyai anak, rasa kasihan tersebut berubah menjadi pandangan aneh terhadap orang itu. Tak jarang dianggap sebagai upaya menghindar dari kewajiban sebagai orang tua. Atau dipandang sebagai sikap egois dan punya masalah psikologis,” ungkapnya.

 

Akan tetapi, ia juga mengingatkan bahwa salah satu kunci keharmonisan dalam pernikahan adalah kehadiran buah hati (anak). Meskipun pada satu sisi, perkawinan tanpa buah hati dapat menyuburkan kondisi intim bagi pasangan untuk saling terbuka akan kondisi satu sama lain.

 

“Di sisi lain tentu pasangan suami istri juga harus saling support dan berusaha memperoleh buah hati serta tetap memiliki kehangatan maupun rasa percaya terhadap pasangan,” jelasnya.

 

“Kita juga perlu ingat, jika keadaan memungkinkan maka memilih untuk mempunyai anak juga menjadi salah satu pilihan yang bijak,” sambungnya.

 

Sebab, menurutnya, salah satu keistimewaan perempuan adalah menjadi ibu, sebagaimana laki-laki menjadi imam dalam rumah tangga. Perempuan diciptakan Allah swt untuk menjadi pencetak kader-kader yang  menjadi penerus perjuangan Islam.

 

Namun, terlepas dari keistimewaan menjadi seorang ibu atau memilih childfree semuanya tergantung pada individu masing-masing. Selama pasangan memiliki visi yang jelas dan siap akan konsekuensi atas pilihannya untuk childfree, tentunya tidak akan mengganggu kehidupan pernikahan mereka.

 

“Keputusan itu tentunya sudah melalui beberapa pertimbangan. Jika memang keadaan tidak memungkinkan bagi pasangan suami-istri untuk memiliki keturunan, maka pilihan childfree tidak patut untuk dihakimi secara sepihak,” jelasnya.

 

Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi