Nasional

Fatharani Wafda Bagikan Kiat Raih Beasiswa di Jepang

Kam, 8 Juni 2023 | 12:00 WIB

Fatharani Wafda Bagikan Kiat Raih Beasiswa di Jepang

Fatharani Wafda saat masih kuliah S2 di Universitas Kumamoto, Jepang. (Dok. Fatharani Wafda)

Jakarta, NU Online

Masih ingat dengan Fatharani Wafda, jebolan Universitas Kumamoto Jepang akhir tahun lalu? Dialah mahasiswi double degree (dua gelar akademik) di Indonesia dan Jepang sekaligus. Di dalam negeri, ia tercatat sebagai alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.


Setelah wisuda di Jepang pada 29 September 2022 silam, beberapa bulan kemudian, ia pun diwisuda di Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas, Program Pascasarjana, ITS Surabaya, 19 Maret 2023.


Thara, sapaan akrabnya, sebelum kuliah di Jepang mengajukan beasiswa NSK Scholarship Foundation. Setelah lulus dari Negeri Samurai, ia berbagi pengalaman saat mengajukan beasiswa itu. Bagaimana usaha dan upaya mendapat beasiswa di Jepang? Berikut ini kiat dan kisahnya.


Menurut Thara, beasiswa yang paling sering mendukung studi di Negeri Matahari Tebrit antara lain beasiswa dari pemerintah Jepang atau biasa disebut MEXT (The Ministry of Education, Culture, Sports, Science, and Technology).


"Selain itu, ada juga yang di-support oleh LPDP. Beasiswa yang saya terima cukup jarang terdengar. Karena jumlah mahasiswa yang diterima oleh beasiswa dari MEXT dan LPDP lebih banyak," kata Thara kepada NU Online belum lama ini.


Setelah lulus S1 di Jurusan Sistem Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada 2020 lalu, Thara diterima sebagai mahasiswa S2 Double Degree Program di jurusan Computer Science and Electrical Engineering, Graduate School of Science and Technology, Kumamoto University.


"Selama kuliah S2 di Jepang, saya di-support oleh NSK Scholarship Foundation, sebuah yayasan beasiswa di bawah naungan perusahaan NSK, perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai macam bantalan terkemuka di seluruh dunia," ungkap perempuan kelahiran Surabaya, 12 April 1998 itu.


NSK, lanjut dia, merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produsen bearing (bantalan) secara global dan terbesar di Jepang. Perusahaan ini memproduksi bantalan mesin industri, mesin dan suku cadang presisi, serta bantalan dan komponen otomotif.


Perusahaan tersebut memiliki yayasan yang memberi beasiswa untuk mahasiswa double degree. Hal itu sejalan dengan tujuan yayasan, yakni memberi kesempatan pendidikan lanjutan kepada kaum muda calon pemimpin masa depan dalam penanganan isu-isu global seperti konflik, kelaparan, perubahan iklim, dan perlindungan lingkungan.


Thara mengatakan bahwa yayasan tersebut memilih delapan mahasiswa, terdiri dari empat orang Jepang dan empat orang Asia Pasifik non-Jepang. Saat ia diterima, ada dua orang dari Thailand, satu orang dari Malaysia, dan satu orang dari Indonesia, yaitu dirinya sendiri.


"Waktu itu, proses apply saya dengan mengajukan dokumen-dokumen ke kampus. Lalu, kampus mengajukan ke NSK Scholarship Foundation. Proses pengajuan ini bisa berbeda untuk tiap beasiswa. Ada juga beasiswa yang proses pengajuannya dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa ke penyedia beasiswa," ungkapnya.


Berawal tanpa beasiswa
Saat Thara mendaftar program double degree di Kumamoto University sekitar Mei 2020 lalu, ia tercatat sebagai mahasiswa privately funded (tanpa beasiswa). Setelah beberapa bulan berlalu, ia dikabari pembimbingnya tentang kesempatan untuk mendaftar beasiswa.


"Beliau merekomendasikan beasiswa ini ke saya karena beasiswa tersebut biasanya diperuntukkan kepada mahasiswa DDP (Double Degree Program). Saya diarahkan kampus untuk mengajukan dokumen-dokumen sesuai requirement," tuturnya.


Sungguh beruntung, setelah mengirimkan dokumen, Thara masuk ke tahap wawancara. Ketika wawancara, ia ditanya seputar background pribadi, alasan menempuh DDP, dan rencana masa depan. Ia di-interview oleh perwakilan NSK Scholarship Foundation, Mr Akira Suzuki, menggunakan aplikasi Webex.


"Beberapa minggu kemudian, saya dinyatakan diterima sebagai penerima beasiswa NSK Scholarship. Support dari NSK Scholarship Foundation sangat membantu studi saya," ungkap Thara seraya bersyukur.


Terkait persiapan wawancara, gadis yang hobi bermain piano ini lalu mencari informasi di internet tentang pertanyaan yang sering muncul ketika wawancara beasiswa.


"Dari situ saya bikin list pertanyaan dan jawaban. Lalu, latihan beberapa hari sebelumnya. Saya harus memastikan untuk bisa menjawab dengan percaya diri menggunakan bahasa Inggris," tuturnya.


Persiapan kuliah di mancanegara

Sejak menjalani studi di Jepang, Thara sering berbagi informasi dengan kolega sesama mahasiswa di Jepang tentang persiapan mereka sebelum kuliah di negara itu. Rerata mereka menyiapkan paspor terlebih dahulu.


"Setelah itu, menyiapkan nilai ujian keterampilan berbahasa Inggris. Ada pula yang mulai belajar bahasa Jepang secara sederhana. Kebetulan saya sudah punya basic komunikasi berbahasa Jepang. Jadi, saya lebih mempersiapkan syarat bahasa Inggris," ujarnya.


Sejak S1, Thara memang telah berniat melanjutkan kuliah S2 di Jepang. Jadi, sejak 2018 (Semester 6) ia sudah menyiapkan TOEIC dan belajar melancarkan kemampuan komunikasi berbahasa Inggris.


"Kalau studi di Jepang, biasanya nilai yang perlu disiapkan itu di atas 530 untuk TOEFL-PBT (71 untuk TOEFL-iBT), 700 untuk TOEIC, dan 6.0 untuk IELTS. Setahu saya, standar nilainya bisa lebih tinggi lagi untuk program studi di negara-negara yg menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari," ungkapnya.


Setelah itu, Thara mulai mencari-cari program yang bisa ia tempuh untuk studi di Jepang. Kebetulan, ITS sudah ada banyak sekali kerja sama dengan Kumamoto University.


"Di ITS juga ada Laiason Office untuk Kumamoto University yang dipegang oleh Bu Mia Herawati. Sebelum lulus S1, saya menyempatkan sharing dengan beliau mengenai program apa saja yang bisa ditempuh untuk studi di Kumamoto University," kata Thara.


Kepada calon mahasiswa yang sedang memilih kampus di mancanegara, Thara menyarankan agar mulai mencari informasi tentang kampus mancanegara yang sering bekerja sama dengan kampus mahasiswa terkait di Indonesia.


Informasi yang bisa digali, antara lain jadwal pendaftaran kuliah, periode studi, dan calon pembimbing. Selain mencari kampus, kata dia, dapat dilakukan juga pencarian informasi untuk jadwal penerimaan beasiswa yang bisa mendukung program studi.


Thara menegaskan bahwa pencarian jadwal ini penting karena untuk memperkirakan program studi yang ingin ditempuh. Sebab, biasanya proses pengajuan beasiswa diperuntukkan untuk periode studi tahun berikutnya.


"Jadi, kita harus bisa memperkirakan beasiswa mana yang cocok dengan periode kuliah yang kita jadwalkan. Pencarian informasi ini lebih baik dilakukan sedini mungkin, sehingga semisal ingin program S2 di Jepang, dari sebelum lulus S1 sudah bisa memulai persiapan," tandasnya.


Diundang ke Tokyo

Pada Mei 2022, Thara dan seluruh penerima beasiswa diundang ke Tokyo, Jepang, untuk menghadiri proses penerimaan sertifikat beasiswa mahasiswa. Sertifikat tersebut langsung diserahkan oleh Ketua Yayasan NSK Scholarship, Mr Otsuka.


"Acara penerimaan sertifikat dihadiri seluruh penerima beasiswa dan orang-orang penting yang mengurus yayasan beasiswa NSK, termasuk Mr Suzuki dan Ms Ryutani," ujarnya.


Acara berlangsung secara formal. Ini merupakan acara formal di Jepang pertama yang Thara ikuti. Acara dibuka dengan beberapa sambutan, pembukaan acara diakhiri dengan bersulang.


"Sebelum bersulang, kami semua dipimpin oleh pembawa acara, Mr Suzuki, untuk bertepuk tangan sekali dengan hitungan tempo seragam. Kami sama-sama mengucap 'Yo-op!' dan tepuk tangan bersama satu kali setelah satu ketukan dari pengucapan '-op!" Saya baru tahu bahwa itu salah satu budaya Jepang yang melambangkan kekompakan," tuturnya sambil tertawa riang.


Saat sesi makan bersama, Thara berkenalan dengan sejumlah mahasiswa. Rerata mereka pernah tinggal lama di dua negara, sama seperti dirinya. Latar belakang pendidikan mereka juga beragam. Mereka saling sharing mengenai kondisi terkini negara masing-masing, progres studi, dan rencana masa depan.


"Saya bersyukur bisa memiliki jejaring internasional sebagaimana saya dapatkan di komunitas beasiswa NSK ini. Menurut saya, mendaftar beasiswa untuk studi luar negeri selain mendukung kegiatan studi, juga menjadi sarana meluaskan jejaring dan menambah pengetahuan budaya," pungkas Thara.


Pewarta: Musthofa Asrori
Editor: Kendi Setiawan